REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama tujuh tahun, Ethan Weiss, seorang dokter ahli jantung di University of California, San Francisco (UCSF), Amerika Serikat (AS) bereksperimen dengan puasa intermiten (intermittent fasting). Metode diet yang membatasi makan untuk periode waktu tertentu menjadi populer setelah serangkaian penelitian yang menjanjikan pada tikus menunjukkan bahwa itu mungkin strategi penurunan berat badan yang akan efektif pada manusia.
Weiss memutuskan untuk mencoba dengan membatasi waktu makannya menjadi delapan jam per hari. Setelah melihat bahwa berat badannya turun, banyak pasiennya bertanya apakah itu mungkin berhasil untuk mereka.
Pada 2018, Weiss dan sekelompok peneliti memulai uji klinis untuk mempelajarinya. Dari studi yang dilakukan ini, tidak ditemukan bukti bahwa makan dengan batasan waktu berfungsi sebagai strategi penurunan berat badan.
Peserta dalam studi yang ditugaskan untuk makan pada waktu acak dalam jeda delapan jam yang ketat setiap hari, melewatkan makan di pagi hari, kehilangan rata-rata sekitar satu kilogram selama periode 12 pekan. Sementara, subjek yang makan pada waktu makan normal, dengan diizinkan konsumsi makanan ringan, kehilangan setengah kilogram