REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan program Workshop Penguatan Eksosistem SMK melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di Kaliurang, Pakem, Sleman, Rabu (30/9) hingga Kamis (1/10). Kegiatan ini diikuti oleh para Kepala Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV/BPPMPV) dan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
GSM merupakan gerakan perubahan yang mempromosikan dan membangun pendidikan bukan hanya dari metodologi pembelajaran tetapi pada ekosistem di sekolah yang memberikan ruang-ruang kepada anak-anak untuk membangun kreativitas, passion, dan talentanya sendiri.
GSM digagas pertama kali oleh Muhammad Nur Rizal dan Novi Poespita Candra pada bulan September 2014 dan telah mampu meningkatkan kualitas guru serta ekosistem pendidikan di banyak sekolah pinggiran.
"Kami ingin membantu membangun antusiasme serta passion anak-anak kita di dunia pendidikan itu sendiri. Ini persoalan mendasar yang membuat Indonesia selalu berada di level bawah saat ini karena ada guru stagnan hanya mengerjakan rutinitas dan belum tumbuh motivasi serta antusiasmenya dalam menemukan diri dalam proses belajar," ujar Rizal, Rabu.
Menurut Rizal, persoalan pendidikan di Indonesia bukan pada kurikulum, birokrasi, maupun pada setiap kebijakan sekolah. Persoalannya adalah pada haluan kebijakan politik pendidikan.
“Paradigma pendidikan kita masih bergantung pada (paradigma) menyalurkan tenaga-tenaga kerja. Paradigma kita harus direvolusi berpindah ke paradigma yang lebih memanusiakan dan memerdekakan yang memberikan ruang ruang kepada manusia untuk membangun kreativitas, passion, dan talentanya sendiri," ungkapnya.
Rizal menyampaikan kepada para guru untuk berjuang meningkatkan kualitas pendidikan. Jangan menjadi pejuang yang terbatas yang hanya mengharapkan pujian semata, tetapi menjadi pejuang yang tak terbatas yang mampu memprediksi masa depan agar bisa membangun kompetensi kemandirian dan kepercayaan diri siswa.
"Sekolah harus memberikan ruang agar anak mengembangkan minat, bakat, dan potensinya agar proses pembelajaran dapat tercapai secara maksimal," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto mengatakan bahwa BBPPMPV/BPPMPV berperan penting dalam menguatkan kompetensi atau soft skill pendidik maupun tenaga pendidik di bidang vokasi.
Dalam hal ini Wikan menegaskan kepada BBPKMPV/BPPMPV untuk memiliki mindset menjadi perubahan motor penggerak di lembaganya.
"Kepala BBPKMPV/BPPMPV harus memiliki mindset menjadi perubahan motor penggerak di lembaganya agar menciptakan agen perubahan di lembaganya maupun di lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan," kata Wikan.
Menurut Wikan, agar mindset itu berjalan maka perlu adanya pelatihan guru-guru SMK se-Indonesia dan kepala-kepala SMK se-Indonesia. Sehingga guru-guru dan kepala SMK itu mampu memiliki leadership, inovasi, keberanian untuk eksekusi perubahan, membuat terobosan baru dalam pembelajaran, dalam link and match dengan dunia industri, serta menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri.
"Untuk membuat itu terjadi kepala sekolah dan guru-guru harus melakukan perubahan mindset untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih link and match. Kepala sekolah harus memiliki leadership, tidak hanya memimpin satuan akademik tapi juga bisa menjadi seorang CEO, layaknya di perusahaan besar," Kata Wikan.