REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pandemi Covid-19 yang belum tuntas dan ancaman resesi di depan mata meski menjadi rintangan berat bagi semua pihak, namun bukan menjadi alasan untuk berhenti mengembangkan kreativitas mewujudkan target. Seperti yang dilakukan Suzuki Indomobil Sales yang memanfaatkan peluang jelang akhir tahun ini untuk memperkenalkan produk terbarunya bertepatan dengan 50 tahun kiprahnya di Tanah Air.
Perkembangan kendaraan niaga, khususnya skala kecil dan menengah tidak terlepas dari kehadiran Suzuki. Kehadirannya di tanah air sejak 1970an telah menjadikannya salah satu icon kendaraan niaga kecil menengah yang banyak digunakan di Indonesia.
Menurut Gaikindo, penjualan Suzuki sejak Januari hingga Agustus 2020 mencapai 38.656 unit dengan pangsa pasar 11,9 persen. Prestasi itu menempatkannya di urutan empat besar produsen otomotif di Tanah Air. Bahkan Suzuki Carry telah menguasai pasar di kelasnya hingga 26 persen yang menjadikannya tertinggi di kelasnya pada periode januari hingga Agustus tahun ini.
Dominasi Suzuki di kendaraan niaga telah mendorong peningkatan produksi hingga 50 persen dari total jenis kendaraan yang di buat PT SIS selama ini. Dominasi itu mengalahkan kendaraan penumpang Suzuki yang menempati urutan kedua dengan jumlah 45 persen. "Jadi Suzuki sendiri agak susah dipisahkan dari kendaraan niaga," kata Donny Saputra, Marketing Director 4 Wheel PT Suzuki Indomobil Sales dalam webinar yang diselenggarakan Forum Wartawan Otomotif Indonesia (Forwot) Rabu (23/9).
Berkat dominasinya di kendaraan niaga, jumlah produksi kendaraan Suzuki hingga kini hampir menyentuh angka 2 juta unit. Bermula dari pembukaan pabrik pertama di kawasan Pulo Gadung Jakarta Utara, kini telah berkembang menjadi empat pabrik besar yang tersebar di Cakung 1 dan 2 serta Cikarang. Kandungan konten lokal kendaraan Suzuki sudah mencapai hampir 85 persen dan hal ini akan membuatnya memiliki daya saing yang kuat di pasar Tanah Air dan ekspor.
Wabah Covid-19 ini telah memberikan dampak bagi industri otomotif di tanah air. Gaikindo sendiri memperediksi di tahun 2020 angka produksi akan turun sekitar 600.000 unit pada saat bulan Maret dan April di awal pandemi. Sebetulnya di masa pandemi sendiri ini ada tiga periode. Pertama adalah periode April Mei kemudian Juni dan Juli, kemudian Agustus dan September.
Periode pertama ini adalah periode beradaptasi dimana pasar mengalami penurunan. Dari pasar itu sendiri berkaitan dengan kondisi yang saat ini sedang berlangsung. Diharapkan periode recovery dilakukan dari bulan Juni Juli. Di periode pertama terjadi penurunan, kontraksinya negatif di periode kedua sedikit ada bouncing, di periode ketiga harapannya akan menjadi lebih bagus dari pada periode sebelumnya.
Namun, pihaknya tertolong dengan permintaan pasar kendaraan niaga diakuinya masih lebih stabil dibanding kendaraan penumpang. Hal itu karena pada umumnya pembeli kendaraan niaga adalah mereka yang membutuhkan kendaraan untuk kepentingan bisnis. "Jadi mereka berfikrinya membeli atau tidak membeli," kata Donny.
Lain halnya dengan kendaraan penumpang yang banyak dipengaruhi gaya hidup maupun status sosial sehingga model selalu berubah dengan cepat. Hal ini membuat konsumen memiliki banyak pilihan menarik. Selain itu kebutuhan kendaraan keluarga tidak terlalu mendesak dibanding dengan niaga. Adanya perubahan kebijakan pemerintah, atau situasi tertentu dapat dengan mudah mempengaruhi animo pembelian kendaraan keluarga.
Karena itu sepanjang 2010 hingga 2020 segmen kendaraan penumpang yang terus berkembang akan diikutinya dengan menampilkan sejumlah produk terbaru. Beberapa kendaraan penumpang cukup ikonik. Seperti Jimny Katana, Karimun Wagon R, yang akan ditampilkan pada Indonesia Modification Expo pada 10 Oktober mendatang. Hal itu sebagai jawaban untuk menghadapi kompetisi makin kompetitif, bukan hanya dengan pabrikan Jepang, strategi memperkuat pasar domestik dan ekspor di 50 tahun kehadiran Suzuki di Indonesia. "Tahun 2020 kami optimistis tiga besar lagi, melakukan terobosan baru di kendaraan penumpang," kata Donny.
Adanya wacana dari Kemenperin yang mengusulkan pajak nol persen bagi kendaraan baru merupakan angin segar bagi industri. Pemberian relaksasi pajak 0 persen maupun pemberian wacana pengurangan pajak baik dalam bentuk PPNBM maupun BBN tentunya ini akan memberikan kontraksi yang positif terhadap pasar. Sehingga proses pemulihan dari industri otomotif akan lebih cepat.