REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru mengungkapkan bahwa defisiensi vitamin D dapat memicu terjadinya obesitas. Temuan baru ini menambah daftar alasan pentingnya menjaga kadar vitamin D di dalam tubuh.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports ini menggunakan ikan zebra sebagai objek penelitian. Dalam studi tersebut ditemukan adanya hubungan antara vitamin D dan homeostasis metabolik atau ekuilibrium.
"Ikan zebra yang kekurangan vitamin D mengalami hipertrofi dan hiperplasia, peningkatan baik dalam ukuran dan jumlah sel lemak," tutur peneliti Seth Kullman dari North Carolina State University, seperti dilansir Times Now News.
Selain itu, ikan zebra yang mengalami defisiensi vitamin D juga memiliki kadar trigliserida dan kolesterol yang lebih tinggi. Kondisi tersebut merupakan tanda ketidakseimbangan metabolik yang dapat memicu terjadinya penyakit kardio metabolik, jelas Kullman.
Tim peneliti juga mendapati zebrafish dengan defisiensi vitamin D mengalami stunting. Temuan ini mengindikasikan bahwa vitamin D memainkan peran penting dalam kemampuan tubuh untuk menyalurkan energi ke pertumbuhan dan penyimpanan lemak.
Dalam studi ini, tim peneliti membagi ikan zebra berusia pasca-remaja ke dalam tiga kelompok berdasarkan pola makan. Ketiga kelompok tersebut adalah kelompok tanpa vitamin D, kelompok yang diperkaya dengan vitamin D, dan kelompok kontrol.
Ikan tersebut menjalani pola makan sesuai kelompoknya selama empat bulan. Setelah itu, tim peneliti menilai pertumbuhan, kepadatan tulang, kadar trigliserida, lipid, kolesterol dan vitamin D dari ikan zebra. Tim peneliti juga menganalisis jalur metabolisme kunci yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, dan mobilisasi lemak, serta pertumbuhan.
Tim peneliti mendapati bahwa zebrafish di kelompok defisiensi vitamin D memiliki ukuran tubuh 50 persen lebih kecil dibandingakn kedua kelompok lain. Selain itu, ikan-ikan ini memiliki lebih banyak cadangan lemak.
Pada tes lebih lanjut, ikan zebra yang mengalami defisiensi vitamin D mulai diberikan pola makan kaya itamin D selama enam bulan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah dampak dari defisiensi vitamin D bisa diperbaiki.
Ikan yang semula mengalami defisiensi vitamin D ini tampak terus bertumbuh. Akan tetapi, mereka tidak bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhan yang sudah terjadi.
Dari studi ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin D dapat memengaruhi kesehatan metabolik. Prosesnya adalah dengan mengganggu keseimbangan normal antara pertumbuhan dan akumulasi lemak.
"Entah bagaimana, energi yang seharusnya disalurkan untuk pertumbuhan terhalangi lalu mulai menciptakan lemak dan lipid, dan kejadian ini tidak bisa dengan mudah dikembalikan," papar Kullman.
Tim peniti akan melakukan studi lebih lanjut untuk melihat perkembangan anak dari ibu yang mengalami defisiensi vitamin D. Studi ini dilakukan untuk memahami apakah defisiensi vitamin D memiliki efek epigenetik yang dapat diturunkan.