Pandemi COVID-19 yang berdampak pada seluruh sektor bisnis juga memengaruhi rantai pasok seluruh sektor secara global, termasuk kopi. International Coffee Organization atau ICO dalam laporannya pada April menyebutkan penurunan produk domestik bruto dunia 1% berkaitan dengan menurunnya permintaan kopi sebesar 0,95% atau setara dengan 1,6 juta kantong berukuran 60 kilogram. Situasi ini berdampak negatif bagi seluruh aspek di industri, baik pelaku usaha ritel maupun UMKM, petani kopi dan para penikmatnya.
Jhoni Kusno dan Robin Boe, pelopor Otten Coffee membagikan pengalaman bagaimana pandemi COVID-19 mempengaruhi bisnis kopi secara umum serta peluang yang dapat dimanfaatkan.
Pertama, memanfaatkan platform digital untuk menjangkau konsumen lebih luas. Di saat seperti sekarang ini, pengalaman meracik dan menyeduh kopi sendiri di rumah menjadi hobi baru yang cukup digandrungi para pecinta kopi, apalagi ditambah dengan mudahnya memesan berbagai jenis kopi yang semakin banyak secara online.
Kedua, mengolah produk sebelum dipasarkan. Sebelum dijual ke pasar, pelaku usaha kopi bisa berinovasi dengan menjual kopi racikan yang bisa diseduh sendiri di rumah oleh konsumen.
“Jika dilihat dari segi bisnis, sekarang merupakan saat yang tepat untuk diolah terlebih dahulu karena kopi adalah komoditas yang bisa disimpan lama. Jika sekarang kita mengolah dan menyimpannya, maka pada saat harga kopi sudah naik kembali bisa memiliki keuntungan,” jelas Jhoni.
Ketiga, semakin menjaga kebersihan. Masyarakat semakin memperhatikan kebersihan produk kopi serta cara pembuatan yang dilakukan oleh produsen. Contoh yang telah dilakukan di Otten Coffee adalah penyemprotan desinfektan di seluruh area Gudang, mewajibkan setiap karyawan untuk melakukan pengecekan suhu, mencuci tangan, menggunakan maskser, melakukan physical distance dan menyemprot setiap paket yang keluar dari toko Otten dengan desinfektan.
Editor : Eva Martha rahayu
www.swa.co.id