REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil pemantauan jaringan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), mayoritas sekolah masih melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), meski dalam perkembangannya terjadi buka tutup sekolah di sejumlah daerah. Hal tersebut terjadi karena perubahan zona, yang semula zona hijau dan kuning kemudian berubah orange atau merah.
Pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi, dari hasil pemantauan FSGI terbagi tiga, yaitu PJJ daring, gabungan PJJ daring dan luring; Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Sekolah yang zona hijau dan kuning seluruhnya menggunakan Kurikulum 2013 meski jam belajar sudah diperpendek hanya 2 – 4 jam per hari. Sekolah di zona oranye dan merah mayoritas juga menggunakan kurikulum 2013, bukan menggunakan kurikulum 2013 yang disederhanakan, padahal pembelajaran lebih banyak searah, tanpa interaksi.
Kurikulum khusus atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan juga belum dirasakan oleh siswa dan orangtua sebagai pendamping anak-anaknya belajar. Penugasan masih banyak dan isi seluruh buku teks pelajaran tidak ada yang dilewati semua dibahas dan ditugaskan.
"Sekolah tidak memiliki keberanian melaksanakan kebijakan memilih Kurikulum 13 yang disederhanakan," kata Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo, Selasa (6/10).
Salah satu Kepala Sekolah di kabupaten Seluma, Bengkulu, yang juga menjabat sebagai Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) kabupaten Seluma, Nihan menyatakan para Kepala Sekolah kebingungan hendak menggunakan kurikulum 2013 atau kurikulum khusus.
"Sebab tak ada petujuk dan arahan apa pun dari pihak Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu. Sementara untuk membuat kurikulum mandiri, kami tak mampu," keluh Nihan.
FSGI memandang kurikulum khusus atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan seharusnya sangat membantu guru. Sebab, para guru tidak perlu lagi memilih Kompetensi Dasar (KD) mana saja yang esensial dan mana yang tidak.
"Kurikulum khusus atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan seharusnya juga dapat meringankan peserta didik dan orang tua peserta didik yang mendampingi anak-anaknya belajar, namun nyatanya dalam PJJ fase II, penugasan yang banyak dan berat masih juga dialami oleh peserta didik," ucap Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti.