Jumat 09 Oct 2020 13:29 WIB

Relaksasi Pajak Kendaraan Bakal Hantam Pasar Mobil Bekas

Konsumen saat ini menanti kepastian realisasi relaksasi pajak mobil baru.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja membersihkan kaca mobil bekas yang dijual di Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, Jakarta, Rabu (23/9/2020). Pedagang mobil bekas setempat menolak usulan relaksasi pajak pembelian mobil baru sebesar nol persen yang diajukan Kementerian Perindustrian ke Kementerian Keuangan karena dapat menyebabkan harga mobil bekas dipasaran turun drastis.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pekerja membersihkan kaca mobil bekas yang dijual di Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, Jakarta, Rabu (23/9/2020). Pedagang mobil bekas setempat menolak usulan relaksasi pajak pembelian mobil baru sebesar nol persen yang diajukan Kementerian Perindustrian ke Kementerian Keuangan karena dapat menyebabkan harga mobil bekas dipasaran turun drastis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini rupanya jadi tahun yang benar-benar menantang bagi industri otomotif. Terutama pada pasar mobil bekas. Terjangan hebat akan lebih terasa lagi, jika nantinya pemerintah benar-benar menghapus pajak kendaraan baru.

Baca Juga

Senior Manager Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Jakarta, Herjanto Kosasih, mengatakan, saat ini pasar mobil bekas mengalami hantaman yang menantang. "Kondi sinya benar-benar tak bisa diduga. Pasar sedang diselimuti oleh ketidakpastian," kata Herjanto, kepada Republika.co.id, Selasa (6/10).

Awalnya, penjualan mobil bekas sempat kembali dipengaruhi oleh adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid dua untuk wila yah DKI Jakarta. Tantangan ini belum selesai, ternyata para pedagang harus kembali mendapat hantaman yang terbukti mempengaruhi pasar saat ini.

"Pasar sepi setelah tiba-tiba ada usulan soal relaksasi pajak untuk mobil baru," ujarnya.

Ia mengaku, rencana itu di luar dugaan, sehingga mempengaruhi pasar mobil seken. Usulan itu telah memunculkan spekulasi bahwa nantinya harga mobil baru bisa turun cukup signifikan, sehingga konsumen otomatis lebih memilih membeli mobil baru ketimbang yang seken.

Menurut Herjanto, meskipun baru sebatas usulan, tapi rencana itu telah memberikan pukulan besar terhadap pasar. "Kebanyakan konsumen saat ini lebih memilih untuk menunggu atau menunda transaksi. Tentu hal ini menghambat perputaran modal di pasar mobil bekas," ucap dia.

Oleh karena itu, ia mengaku prihatin atas adanya iklim usaha yang serba tak pasti ini. Padahal, dirinya sempat memperkirakan bahwa September hingga Desember nanti merupakan masa recovery bagi pasar mobil bekas.

Selain itu, kondisi yang serba tak pasti ini pun juga berdampak negatif bagi masyarakat yang akan menjual mobilnya. Mengingat, dalam masa sulit ini, ada sejumlah masya rakat yang terpaksa harus menjual kendaraannya demi memperoleh dana segar untuk keberlangsungan usaha atau guna memenuhi kebutuhan pokok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement