REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ilmuwan menemukan dua jenis baru dari rubella atau campak Jerman, yang sebelumnya menjadi satu-satunya anggota keluarga virus Matonaviridae yang diketahui. Salah satu dari dua kerabat yang baru ditemukan menginfeksi kelelawar di hutan Uganda. Sementara yang lain ditemukan menyebar di antara hewan di kebun binatang di Jerman.
Virus baru misterius yang ditemukan pada kelelawar dan hewan di kebun binatang tersebut mungkin telah memicu kekhawatiran, mengingat pandemi virus corona jenis baru (COVID-19) yang terjadi saat ini. Namun, para peneliti mengatakan belum ada bukti bahwa virus misterius ini dapat menginfeksi manusia.
Para peneliti mengatakan studi menjelaskan asal usul virus rubella. Penelitian menunjukkan bahwa ini berasal dari hewan sebelum menyebar ke manusia, seperti banyak virus lainnya.
Dalam jurnal Nature pekan ini, sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) dan Jerman merinci penemuan dua anggota baru keluarga Matonaviridae dan kerabat pertama yang diketahui dari virus rubella, yaitu virus ruhugu dan virus rustrela.
Virus ruhugu ditemukan di 10 dari 20 tes usap (swab) mulut yang diambil dari kelelawar berhidung daun cyclops yang tampaknya sehat di Taman Nasional Kibale, Uganda. Ironisnya, tim Uganda menemukan virus tersebut sambil mencari virus corona jenis baru yang dibawa oleh kelelawar sebelum pandemi COVID-19.
Sementara itu di Jerman, para peneliti pertama kali menemukan virus rustrela di jaringan otak tiga hewan berbeda, yaitu keledai, kapibara, dan kanguru pohon Bennett yang jatuh sakit parah di sebuah kebun binatang di Jerman dengan penyakit neurologis yang parah.
Virus baru yang sama kemudian terdeteksi di jaringan otak delapan dari 16 tikus yang ditemukan dalam jarak 10 kilometer dari kebun binatang. Ini dengan jelas menunjukkan patogen berhasil melompat dari spesies ke spesies.
Kedua kerabat baru ini secara genetik dekat dengan virus rubella dan tampaknya memiliki banyak ciri, bersama dengan sejumlah perbedaan utama.
Rubella, juga dikenal sebagai campak Jerman, adalah infeksi virus di udara yang sangat menular yang menyebabkan ruam merah yang khas dan penyakit mirip flu. Ini sangat berbahaya bagi perempuan yang sedang hamil karena berpotensi menyebabkan keguguran, bayi meninggal saat lahir, atau bayi mengalami cacat lahir yang parah.
Penyakit ini sebagian besar telah diberantas berkat vaksin yang efektif, secara khusus adalah vaksin MMR. Tidak seperti rubella, saat ini tampaknya virus baru tidak dapat menginfeksi manusia.
“Tidak ada bukti bahwa virus ruhugu atau virus rustrela dapat menginfeksi manusia, namun jika mereka bisa, itu mungkin sangat penting sehingga kita harus mempertimbangkan kemungkinannya,” kata Tony Goldberg, profesor epidemiologi di School of Veterinary University of Wisconsin-Madison. Medicine, yang memimpin penelitian Amerika, mengatakan dalam sebuah pernyataan, dilansir IFL Science, Jumat (9/10).
Goldberg mengatakan di Jerman, diketahui virus rustrela melonjak di antara spesies yang sama sekali tidak berkerabat dekat. Jika salah satu dari virus ini ternyata zoonosis, atau jika virus rubella dapat kembali ke hewan, itu akan menjadi pengubah cara untuk pemberantasan rubella.
Jika ada kabar baik yang dapat ditarik dari penelitian ini, penemuan ini dapat membantu lebih jauh pemahaman kita tentang rubella. Seperti yang dijelaskan oleh tim peneliti, rubella belum ditemukan pada hewan, sehingga para ilmuwan tidak memiliki model hewan untuk melakukan penelitian. Karena virus rustrela diketahui hidup pada tikus, hewan laboratorium yang umum, hal ini tentu dapat membuka studi tentang virus mirip rubella.