REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengatakan pendidikan teknik di perguruan tinggi tanah air perlu mengadopsi dan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi digital sebagai dampak dari adanya pandemi Covid-19.
Menurut Presiden Association of Engineering Education Southeast and East Asia and the Pacific (AEESEAP) ini, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi teknologi digital yang berdampak pada metode proses belajar dan mengajar di dunia.
“Terutama pasca Covid-19 perlu disiapkan teaching network. Tentu saja ada perubahan saat kita memasuki era digital melalui transformasi digital. Teaching network perlu diimprovisasi sejalan dengan perkembangan teknologi digital," kata Heru Dewanto dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (13/10), terkait penyelenggaraan Workshop AEESEAP 2020.
Heru menambahkan terkait dengan sektor industri, saat ini banyak perusahaan besar di dunia membuka rekrutmen dengan tidak mempersyaratkan lulusan perguruan tinggi.
"Menjadi persoalan besar jika perguruan tinggi keteknikan menghasilkan lulusan yang tidak siap pakai di industri. Contoh, seperti ini telah dilakukan oleh Google, yang tidak mensyaratkan lulusan perguruan tinggi," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Heru, beberapa isu besar tersebut akan dibahas dalam workshop AEESAP yang digelar secara virtual pada 14-15 Oktober 2020.
Webinar bertema Enhancing Engineering Value Chain itu akan menampilkan sejumlah pembicara seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, Ketua Umum PII sekaligus Presiden AEESEAP Heru Dewanto, Executive Director and CEO of Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) Michael K. J. Milligan, dan Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza.
Pemateri lain adalah Rektor Institut Teknologi Indonesia (ITI) Marzan Aziz Iskandar, Chief Advisor of JICA Project of Japan Accreditation Board for Engineering Education (JABEE) Yasuyuki Aoshima, President Federation of Engineering Institutions of Asia and the Pacific (FEIAP) & Deputy President of Northwestern Polytechnical University (NPU) Huang Wei, dan President of World Federation of Engineering Organization (WFEO) Gong Ke.
Lokakarya AEESEAP 2020 diperuntukkan bagi masyarakat umum, khususnya yang terlibat di sepanjang mata rantai nilai keinsinyuran, gratis dan terbuka untuk umum.
"Tujuan digelarnya Workshop AEESEAP 2020, pertama meningkatkan kualitas pendidikan di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur dan Asia Pasifik. Kedua, menyikapi perkembangan dunia yang memasuki era digital yang diakselerasi dengan pandemi Covid-19. Ketiga, keinsinyuran harus linked (terhubung) dengan kebutuhan sektor industri,” ujar Heru.
Dia menjelaskan untuk meningkatkan kualitas pendidikan keteknikan dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti membangun jaringan (networking) sehingga sesama anggota AEESEAP dapat bertukar informasi dan saling belajar.
“Networking itu mencakup para tenaga pendidik di perguruan tinggi, industri, dan organisasi-organisasi yang terkait keteknikan. Kompetensi apa saja yang dapat dibangun didiskusikan di seminar Internasional AEESEAP yang ke-30 ini, termasuk yang dibutuhkan industri,” tuturnya.
Dalam lokakarya ini, Indonesia akan memperkenalkan rantai nilai keinsinyuran mulai dari hulu hingga hilir. Artinya mulai dari pendidikan teknik di perguruan tinggi, pendidikan profesi insinyur, sertifikasi insinyur profesional, dan penyetaraan insinyur di tingkat global.
"Ujungnya, akan menghasilkan insinyur yang unggul, mampu berkompetisi di panggung dunia, disetarakan di panggung dunia sehingga mampu memajukan bangsa Indonesia," tegas Heru.