REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mimpi buruk tak hanya dapat mengganggu kualitas tidur di malam hari. Menurut studi yang dilakukan peneliti Jerman, mimpi buruk juga dapat memberikan dampak bagi kesehatan.
Berdasarkan studi dalam jurnal Psychoneuroendocrinology, mimpi buruk saat tidur dapat menyebabkan peningkatan cortisol awakening response (CAR). Peningkatan CAR dapat mempengaruhi kadar kortisol sepanjang hari yang nantinya dapat memicu masalah lain.
CAR merupakan bagian alami dalam bangun tidur yang bermanfaat dalam memberikan lonjakan energi untuk memilai hari. Akan tetapi, studi yang melibatkan 30 orang partisipan ini menemukan bahwa kadar CAR menjadi lebih tinggi dari normal setelah mimpi buruk terjadi.
Tak hanya itu, para partisipan juga merasakan adanya perubahan sepanjang hari setelah mengalami mimpi buruk ini. Perubahan yang dirasakan berupa penurunan suasana hati dan kesehatan secara keseluruhan.
"Ini memiliki implikasi metodologis yang penting dalam studi CAR secara umum," jelas tim peneliti, seperti dilansir The Ladders, Selasa (13/10).
Beberapa studi yang telah dilakukan sebelum ini juga menunjukkan hasil serupa. Berdasarkan studi-studi ini, mimpi buruk memiliki dampak yang bisa bertahan meski seseorang telah bangun tidur.
"Kembali tidur seelah mimpi buruk sulit dilakukan," papar laporan dari Sleep Foundation.
Gambaran menyeramkan dari mimpi buruk dapat mempengaruhi suasana hati dan perilaku seseorang di keesokan harinya. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai hangover mimpi buruk.
Perlu diketahui pula bahwa siklus tidur dan bangun mengikuti jam biologis tubuh selama 24 jam sehari. Produksi kortisol dalam tubuh juga mengikuti ritme yang sama. Bila ritme ini terganggu, misalnya karena mimpi buruk, tentu seluruh "jadwal" bangun dan tidur yang mengikuti jam biologis akan ikut terganggu.
Ketika siklus tidur dan kadar kortisol terganggu, ada beragam masalah kesehatan yang mungkin terjadi. Beberapa di antaranya adalah tekanan darah tinggi, gangguan suasana hati, gangguan sistem imun, masalah pencernaan, dan penambahan berat badan.
Salah satu penyebab terjadinya mimpi buruk menurut studi pada 2011 lalu adalah begadang hingga larut malam. Studi dalam jurnal Sleep and Bilogical Rhythms ini menilai hal ini berkaitan dengan kadar kortisol.
Seseorang yang begadang hingga larut malam memiliki kemungkinan untuk tertidur ketika kadar kortisol di dalam tubuh sedang meningkat. Kondisi ini mungkin memicu terjadinya mimpi buruk.
"Atau mimpi yang aneh dan terasa nyata," jelas ahli ilmu tidur Jessica Payne.
Ada beberapa faktor lain yang dinilai dapat memicu mimpi buruk. Faktor-faktor tersebut adalah menyantap cemilan larut malam, perubahan dalam obat yang dikonsumsi, kondisi ketika seseorang sedang berusaha berhenti meminum alkohol, kecemasan, PTSD, hingga kurang tidur.
Orang-orang yang sering mengalami mimpi buruk kemungkinan memiliki gangguan tidur. Orang-orang seperti ini perlu berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Bila mimpi buruk hanya terjadi sesekali, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu menurunkan kadar kortisol. Dengan begitu, seseorang bisa kembali tidur dengan lebih mudah setelah mimpi buruk.
Hal yang dapat dilakukan adalah memodifikasi pola makan dengan mengeliminasi makanan yang dapat memicu produksi kortisol. Misalnya tidak minum kopi di pagi hari untuk orang-orang yang terbiasa melakuakn ahl tersebut. Hal lain yang juga dapat membantu adalah melakukan olahraga lebih banyak, mengonsumsi suplemen, meditasi, atau berkonsultasi dengan terapis.