REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remdesivir tampaknya kian menjanjikan untuk pasien Covid-19. Laporan akhir studi yang dilakukan tim peneliti dari National Institutes of Health (NIH) tentang penggunaan Remdesivir pada pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mengonfirmasi keberhasilan obat tersebut dalam mempercepat pemulihan penyakit.
Sebelumnya, ada obat anti-virus experimental dari Gilead yang menerima Emergency Use Authorization (EUA) alias penggunaan untuk keadaan darurat dari Food and Drug Administration Amerika Serikat (AS) pada 1 Mei lalu. Obat itu menunjukkan hasil positif bagi pasien Covid-19 yang mengalami gejala parah. Obat kemudian dimodifikasi untuk memperluas akses di semua pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
NIH menerbitkan hasil awal dari uji klinis pada akhir Mei yang menunjukkan obat tersebut mempersingkat jalan pasien menuju pemulihan sekitar empat hari. Penulis studi mengatakan hasil akhir dikumpulkan setelah tindak lanjut lengkap dan sejalan dengan temuan awal.
Studi melibatkan 1.062 pasien yang secara acak diberi Remdesivir atau plasebo selama 10 hari. Dari total, 85 persen pasien mengalami Covid-19 yang parah, obat tersebut tampak mempersingkat waktu pemulihan sekitar lima hari.
“Data ini memperkuat khasiat Remdesivir pada pasien yang dirawat di rumah sakit,” ujar John Beigel, direktur asosiasi penelitian klinis di divisi mikrobiologi dan penyakit menular di NIAID, dilansir Fox News, Selasa (13/10).
Pada hari ke-29, kematian karena semua penyebab diperkirakan sekitar 11 persen untuk Remdesivir dan 15 persen di antara mereka yang menggunakan plasebo. Beigel mengatakan bahwa meskipun tidak terjadi perbedaan yang signifikan secara statistik, “ini masih merupakan peningkatan yang signifikan, serta melaporkan bahwa tingkat kematian dan peningkatan lainnya bersama-sama mendukung manfaat Remdesivir.
“Data kami menunjukkan bahwa Remdesivir lebih unggul daripada plasebo dalam mempersingkat waktu pemulihan pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dan memiliki bukti infeksi saluran pernapasan bagian bawah,” jelas penulis penelitian menyimpulkan.
Pasien melihat manfaat yang lebih besar bila obat diberikan lebih awal pada saat sakit. Beigel mengatakan data yang dimiliki oleh tim peneliti juga memberi kesan bahwa pengobatan dengan Remdesivir mungkin telah mencegah perkembangan penyakit pernapasan yang lebih parah.
Menurut Beigel, obat tersebut membantu menurunkan kebutuhan penggunaan oksigen serta mengurangi beban sumber daya rumah sakit di tengah pandemi Covid-19. Seperti yang disebutkan dalam temuan awal, penulis studi menganjurkan kombinasi pendekatan terapeutik untuk semakin memaksimalkan penyembuhan pasien.