REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah kesehatan mental terus meningkat selama pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah konsultasi psikolog secara media atau telemedis.
“Jumlah konsultasi psikolog di aplikasi kami meningkat tujuh kali lipat dibandingkan bulan April atau awal pandemi," kata Danu Wicaksana, Managing Director Good Doctor Technology Indonesia, dalam siaran resmi, Kamis (15/10).
Danu mengatakan, teknologi akan membantu menjangkau lebih banyak individu yang butuh bantuan tenaga profesional kesehatan mental cukup melalui gawai masing-masing. Dengan cara ini, solusi terhadap masalah kesehatan mental di Indonesia menjadi kian penting dalam situasi pandemi COVID-19.
"Bagi mereka yang membutuhkan konsultasi kesehatan mental layanan konsultasi kami tersedia 24/7 dan dapat langsung menghubungkan pengguna dan mitra psikolog klinis secara privat,” kata Danu.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI)1 melakukan survei swa periksa psikologis yang diikuti oleh 4.010 responden dari seluruh Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa 65 persen dari responden mengaku memiliki kecemasan, 62 persen mengalami depresi, dan 80 persen menunjukkan gejala trauma psikologis yang disebabkan oleh pengalaman tidak menyenangkan terkait pandemi.
PDSKJI juga menyebut bahwa orang yang melakukan konsultasi kesehatan mental kerap mendapat stigma negatif, yang menyebabkan mereka tidak nyaman untuk mengecek kesehatan mental mereka. Padahal, gangguan mental ada banyak jenisnya, mulai dari depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan psikologis ringan dan kronis.
Dari segi ketersediaan tenaga psikolog, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) menyebutkan jumlah psikolog klinis yang tersebar di Indonesia saat ini hanya sebanyak 2.782 orang. Sebanyak 70 persen berada di pulau Jawa, 20 persen terkonsentrasi di Jakarta.
Artinya, hanya ada satu psikolog untuk 90.000 orang di Indonesia. Sementara standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah satu tenaga psikolog melayani 30.000 orang.