Kamis 15 Oct 2020 22:52 WIB

Pembelajaran Masa Pandemi, Studi Kasus Inggris dan Indonesia

Sektor pendidikan merupakan paling terdampak pandemi Covid-19.

Siswa mengerjakan ujian Penilaian Tengah Semester (PTS) secara daring di SMP N 4 Kudus, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (15/9/2020).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Siswa mengerjakan ujian Penilaian Tengah Semester (PTS) secara daring di SMP N 4 Kudus, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (15/9/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh *Munawir Aziz  

 

Baca Juga

Di tengah pandemi yang terjadi secara global, muncul beragam tantangan lintas bidang. Di antaranya, kebutuhan mendesak perlengkapan kesehatan, bantuan pangan, serta fluktuasi ekonomi. Setiap negara punya tantangan masing-masing yang tergantung dari konteks lokal, terutama kesiapan infrastruktur kesehatan, ekonomi, pangan dan energi. Bahkan, di beberapa kawasan, resesi menjadi ancaman nyata. 

Pandemi tidak hanya memukul negara-negara menengah dan berkembang, namun juga menghadirkan tantangan besar bagi negara-negara yang selama ini memiliki struktur ekonomi-politik mapan. Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara di Eropa juga mengalami masalah serius terkait mitigasi pandemi. Covid-19 telah merombak interaksi antar negara, juga menggeser prioritas diplomasi politik lintas pemerintahan. 

Di sisi lain, dunia pendidikan yang menjadi kebutuhan  dasar juga menghadapi kesulitan yang luar biasa. Pandemi mengubah pola belajar, komunikasi, interaksi, serta fokus pembelajaran masa kini. Proses belajar kita yang membutuhkan interaksi, harus mengalami perubahan, dengan skema-skema baru yang disesuaikan dengan protokol kesehatan. 

Hampir di semua negara yang terkena dampak pandemi, sistem pembelajaran mengalami perubahan. Di Inggris, pemerintah mengatur pola belajar sesuai dengan tingkatan. Di universitas, sebagian besar menihilkan interaksi antara dosen, mahasiswa, dan pegawai. 

Mayoritas kuliah diselenggarakan secara daring kecuali beberapa courses yang membutuhkan laboratorium. Beberapa kampus meminimalkan kuliah face to face, hanya satu pertemuan dalam satu mata kuliah, sepanjang semester ini. Bahkan, kampus-kampus semisal  Cambridge University dan Oxford University, menyelenggarakan kuliah daring untuk semua mata kuliah.

Konteks Indonesia 

Pemerintah Indonesia juga menghadapi tantangan besar di tengah pandemi ini. Menyeleraskan kebijakan kesehatan dan ekonomi membutuhkan seni leadership tersendiri, dengan segenap kerumitan yang mengikuti. Lebih dari 600 triliun rupiah telah digelontorkan pemerintah untuk mendukung program-program strategis penanganan pandemi.

Dalam konteks pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendorong beberapa kebijakan penting agar memastikan siswa dan pendidik tetap melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Meskipun, sebagian besar menggunakan strategi belajar dari rumah.

Mendikbud Nadiem Makarim menyampaikan pentingnya merdeka belajar, sebagai pendorong semangat agar siswa terus belajar dalam segala kondisi. Keterbatasan tidak menjadi halangan, kreativitas menjadi kunci. 

Kebijakan terbaru, Kemendikbud memberikan bantuan kuota untuk memaksimalkan pembelajaran jarak jauh. Hal ini merujuk pada Petunjuk Teknis Bantuan Kuota Data Internet Tahun 2020 dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 14 Tahun 2020, Kemendikbud memberikan 2 jenis kuota data internet, yaitu kuota umum dan belajar.

Kemendikbud mengirimkan bantuan kuota internet per masing-masing jenjang. Untuk jenjang PAUD, akan mendapat 20 GB per bulan, sedangkan pada level dasar, menengah dan SMA/SMK, mendapatkan 35 GB per bulan. Untuk pendidik di jenjang PAUD, Sekolah Dasar, Menengah dan SMA/SMK, diberikan 42 GB per bulan. Sedangkan, untuk mahasiswa dan dosen mendapatkan 50 GB per bulan. Masing-masing, ada pembagian antara kuota umum dan kuota belajar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement