Senin 19 Oct 2020 16:45 WIB

IPB Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Penyelia Halal

Kegiatan ini merupakan bagian dari bentuk pengabdian masyarakat.

Kaca yang dipasangi stiker logo halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) (ilustrasi). Halal Science Center (HSC) IPB University menggelar pelatihan sistem jaminan halal serta sertifikasi auditor atau penyelia kehalalan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kaca yang dipasangi stiker logo halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) (ilustrasi). Halal Science Center (HSC) IPB University menggelar pelatihan sistem jaminan halal serta sertifikasi auditor atau penyelia kehalalan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Halal Science Center (HSC) IPB University menggelar pelatihan sistem jaminan halal serta sertifikasi auditor atau penyelia kehalalan.

Kepala HSC IPB University Khaswar Syamsu menjelaskan, kegiatan ini sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Pelatihan dan sertifikasi penyelia kehalalan bagi para penyuluh industri kecil dan menengah digelar bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian.

Baca Juga

Industri kecil menengah dan aneka yang memiliki keterbatasan jumlah dan kapasitas sumber daya manusia menghadapi kendala dalam menerapkan kewajiban sertifikasi halal. Para pelaku industri kecil membutuhkan penyuluhan dan pendampingan dalam menjalankan kewajiban tersebut.

"Oleh karena itu, HSC IPB University menggelar pelatihan sistem jaminan halal dan sertifikasi penyelia kehalalan untuk pejabat fungsional serta penyuluh perindustrian dan perdagangan," kata Khaswar melalui siaran pers, Senin (19/10).

HSC IPB University juga secara reguler mengadakan pelatihan penyelia halal bersertifikat kompetensi untuk perusahaan maupun lulusan baru.

Rektor IPB University Arif Satria mengemukakan, pemenuhan standar produk halal telah menjadi kepedulian bersama dan komitmen global. Tantangan bagi ilmuwan dan IPB University, menurut dia, adalah mengembangkan teknologi yang memungkinkan proses penjaminan kehalalan suatu produk dilakukan secara mudah dan cepat.

"Kota Bogor sebagai sebuah kota kuliner, ini juga menjadi tantangan bagi para penyedia makanan. Apakah makanan ini memang benar-benar sudah terstratifikasi, terstandardisasi halalnya? Bila Thailand bisa, mengapa kita tidak bisa," kata dia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement