Selasa 20 Oct 2020 12:29 WIB

Penelitian di Hutan Purba Terakhir Eropa

Lembah Boia Mica di Rumania terletak salah satu hutan purba terakhir di Eropa.

Hutan di daerah Pegunungan Fagaras, Rumania.
Foto: dw
Hutan di daerah Pegunungan Fagaras, Rumania.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Lembah Boia Mica di Rumania terletak salah satu hutan purba terakhir di Eropa. Setiap tahun, sebuah kelompok penelitian kecil berangkat untuk mempelajari lebih lanjut tentang alam liar yang masih asli ini.

Tiga jam perjalanan dengan mobil dari kota metropolitan Sibiu di Rumania, terletak sebuah lembah berhutan yang mungkin paling cantik dan luas di Eropa. Bagi para peneliti, di sini terpendam harta karun yang jarang ditemukan, seperti batuan mulia, dan penuh rahasia seperti planet asing.

Baca Juga

Sebuah dunia yang tak tersentuh, terlindung dari jamahan tangan manusia. Inilah lembah Boia Mica.

Martin Mikoláš, seorang peneliti kayu dan perhutanan, menjelaskan keunikan tempat ini. “Boia Mika sangat spesial karena ini satu dari lembah terakhir di zona beriklim sedang, di mana tidak ada jalan setapak. Benar-benar liar dan sulit diakses,” ucapnya.

Para ilmuwan dari Universitas Praha sejak 5 tahun lalu rutin datang ke lembah terpencil yang merupakan lokasi penelitian yang ideal. Lebih dari 1.000 hektar alam yang tak tersentuh, dari lembah sampai puncaknya, merupakan daerah yang sangat jarang ditemukan di Eropa.

Lebih dari 95 persen hutan Eropa adalah hutan komersial buatan. Siapa yang ingin mengerti bagaimana hutan alamiah berfungsi, harus mendatangi lokasi seperti lembah Boia Mica.

Hanya di sini, ekosistem hutan bisa diteliti dalam bentuknya yang asli dan alamiah. Terutama di masa perubahan iklim, lembah-lembah seperti ini adalah satu-satunya lokasi dimana kita benar-benar bisa mengamati bagaimana spesies pohon bisa beradaptasi secara alami dengan kondisi ini.

Penelitian di tengah hutan

Butuh berjalan menanjak selama tiga jam hingga para ilmuwan bisa sampai ke tempat perkemahan. Selama sepekan mereka akan berkemah di sana dan pergi ke gunung-gunung di sekitar untuk mengungkap rahasia hutan. Lengkap dengan sejumlah perangkat pengukur, peneliti memasuki kawasan pepohonan yang lebat dan tidak mudah untuk dilalui.

Selain itu, mereka pun tidak sendirian di tengah hutan. Jejak beruang bisa ditemukan, bersamaan dengan beberapa jejak hewan lain. Diperkirakan di lembah Boia Mica hidup 15 beruang.

Para peneliti mengukur hutan hingga sudut paling kecil. Mereka mencatat angka, umur, tinggi dan jenis pohon-pohon di sana, juga penyebaran dan kepadatan kayu yang mati. Mereka mengambil sampel inti pohon untuk membuat rekonstruksi sejarah individu setiap pohon.

Proyek penelitian yang rumit ini dimulai sekitar 10 tahun lalu. Di kawasan hutan belantara Eropa yang masih tersisa, para peneliti kebetulan memilih lokasi berbentuk lingkaran, yang ukurannya kira-kira sebesar lapangan basket.

Dengan cara ini terbentuklah 1.000 areal. Dengan sekitar 40.000 sampel kayu, arsip yang dimiliki kelompok itu sudah jadi yang bank data terbesar dari hutan belantara Eropa.

Setiap tahun peneliti melewatkan sektiar tiga bulan di lapangan dalam kelompok yang cukup besar. Terdapat kurang lebih 25 orang di daerah Pegunungan Fagaras. Totalnya ada tiga kelompok dan terpecah di beberapa lembah.

Bagaimana hutan beradaptasi terhadap perubahan iklim

Martin Mikoláš terutama tertarik menjawab satu pertanyaan: Seberapa baik hutan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan iklim? Apakah di masa depan hutan menghadapi bahaya?

Ia menjelaskan bahwa masalah rumit di baliknya adalah, situasi ekstrem dalam perubahan temperatur yang meningkat dan kemudian menambah gangguan alam, seperti badai, kekeringan, kebakaran, dan hama kumbang kulit kayu.

Apakah bertambahnya ketidaktenangan mengancam hidup hutan? Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti awalnya melihat ke masa lalu: Seberapa sering Boia Mica harus menghadapi hama kumbang kulit kayu dan masa kekeringan? Dan seberapa cepat hutan bisa sembuh kembali?

Para peneliti menemukan, bahwa ekosistem beradaptasi dengan baik serta mampu melewati regenerasi setelah mengalami gangguan. Data-data peneliti menunjukkan, di masa lalupun hutan telah  menjadi sasaran berbagai bencana tanpa mengalami kerusakan.

Kekuatan regenerasi yang mengagumkan ini, bagi Mikoláš jadi perbedaan utama antara hutan tua dan hutan-hutan yang dikelola manusia. Hutan macam di Boia Mica ini jelas lebih tahan daripada hutan-hutan lain, yang diatur secara komersial.

Dalam kasus gangguan skala besar yang berat, peneliti bisa melihat dalam data bahwa sejumlah pohon tua berhasil selamat. Bahkan jika zona yang penuh pohon cemara terganggu, maka hutan pohon "beech" tidak terganggu, dan kombinasi ketiga spesies yang terbentuk setelah adanya gangguan menciptakan komposisi mosaik untuk hutan masa depan.

Sejauh ini, Mikoláš dan timnya belum bisa mengatakan, apakah kekuatan regenerasi hutan tua juga cukup di masa depan. Namun demikian, peneliti merasa optimis. Lebih banyak areal liar, terutama di kawasan hutan yang digunakan, jadi perlindungan terbaik melawan dampak perubahan iklim.

 

sumber: https://www.dw.com/id/penelitian-di-hutan-purba-terakhir-eropa/a-55163692

sumber : DW
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement