Selasa 20 Oct 2020 22:43 WIB

Aplikasi Tidur White Noise Justru Sebabkan Gangguan

Aplikasi pengantar tidur dengan fitur 'white noise' justru sebabkan gangguan tidur.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Aplikasi pengantar tidur dengan fitur 'white noise' justru sebabkan gangguan tidur (Foto: ilustrasi tidur)
Foto: www.freepik.com
Aplikasi pengantar tidur dengan fitur 'white noise' justru sebabkan gangguan tidur (Foto: ilustrasi tidur)

REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Sebagian orang sengaja mendengarkan white noise untuk membantu tidur lebih nyenyak. Istilah itu merujuk pada suara apapun yang dihasilkan dari kondisi sekitar, seperti rekaman suara alam, deru kipas angin, atau bunyi alat pengering rambut.

White noise yang sesungguhnya merupakan desis dari semua frekuensi yang dapat didengar manusia dan terdengar secara acak pada intensitas yang sama. Akan tetapi, belakangan suara itu dikemas dalam aplikasi yang telah diunduh jutaan pengguna.

Baca Juga

Aplikasi Bedtime Fan yang tersedia di perangkat Apple, misalnya, sangat laris dan sudah diunduh oleh lebih dari tiga juta orang. White Noise Generator yang ada di Android pun menjaring sekitar satu juta pengguna yang tergoda mengunduh dan menggunakannya.

Para pengguna aplikasi tentunya mengharapkan tidur yang lebih nyenyak di malam hari. Sayangnya, penelitian terbaru yang digagas pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat, menunjukkan sebaliknya.

Penulis studi, Mathias Basner, bersama rekan-rekannya secara sistematis meninjau puluhan literatur ilmiah. Profesor di bidang psikiatri itu mengidentifikasi 38 studi yang telah menyelidiki kebisingan sebagai alat bantu tidur.

Beberapa bukti mengarah pada kondisi di mana kebisingan yang terus-menerus malah mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tertidur, juga kualitas tidur yang menjadi buruk. Menurut salah satu dokumen, white noise malah bisa menyebabkan gangguan tidur.

"Jika aplikasi atau perangkat ini hanya dapat melakukan hal-hal yang baik, saya tidak akan terlalu peduli. Tapi karena mungkin ada konsekuensi negatifnya, saya menyarankan untuk lebih berhati-hati," kata Basner.

Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Sleep Medicine Reviews. Sang profesor dan tim mengatakan tidak akan pernah merekomendasikan aplikasi apapun karena tidak ada bukti bahwa itu benar-benar berfungsi.

Potensi efek buruk lain yakni karena sistem pendengaran 'menyala' semalaman, meskipun anggapan ini belum diuji secara spesifik. Setiap kali terpapar suara, telinga bagian dalam menerjemahkan itu menjadi sinyal saraf dan diinterpretasikan oleh otak.

Itu semua merupakan proses aktif yang menghasilkan metabolit. Sementara, saat seseorang tidur, sistem pendengaran semestinya mengalami periode beristirahat agar bisa beregenerasi dan bersiap untuk periode bangun berikutnya.

Colin Espie, profesor kedokteran tidur di Universitas Oxford, setuju bahwa kebisingan yang terus-menerus sebagai pengantar tidur bisa menyebabkan hal buruk. Ide dari aplikasi yang menawarkan itu sangat terbatas secara konseptual.

"Perhatian utama yang harus diatasi saat kurang tidur adalah kecamuk pikiran. Orang tidak bisa mematikan mental. White noise sama seperti stimulasi monoton lainnya, yang telah dicoba berkali-kali dengan berbagai cara selama beberapa dekade, dan buktinya buruk," tutur Espie.

Profesor Christian Cajochen yang mengepalai Pusat Kronobiologi di Universitas Basel di Swiss, berpendapat bahwa manfaat white noise bisa didapat secara alami di lokasi yang memang sudah bising. Berbeda halnya dengan lingkungan yang relatif tenang.

"Saya lebih suka merekomendasikan aplikasi mindfulness yang didasarkan pada bukti dari penelitian dalam pengobatan tidur, terutama terapi perilaku kognitif untuk insomnia," ucapnya, dikutip dari laman The Guardian, Senin (19/10).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement