REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei dari Wahana Visi indonesia menunjukkan 95 persen guru setuju pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau blended learning atau kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan PJJ. Survei ini dilakukan terhadap 27.046 guru dan tenaga kependidikan di seluruh Indonesia dengan rata-rata di wilayah non-3T.
"Guru di wilayah 3T cenderung memilih PJJ yang luring. Mungkin karena keterbatasan akses, dan sebagainya. Sementara guru berkebutuhan khusus lebih memilih PJJ secara daring," kata Education Team Leader Wahana Visi Indonesia, Mega Indrawati, dalam telekonferensi, Kamis (22/10).
Survei tersebut juga menunjukkan 76 persen guru khawatir dan ragu untuk kembali ke sekolah. Sebab, penularan Covid-19 masih tidak bisa diprediksi serta kondisi belajar yang tidak nyaman sehingga tidak efektif.
Wahana Visi Indonesia juga menggali data, dan menemukan hanya satu dari empat guru yang menyatakan kondisi sekolah aman dan kecil kemungkinan penyebaran Covid-19. Hal ini menunjukkan lebih banyak guru yang meragukan kondisi keamanan protokol kesehatan di sekolah.
Mega mengatakan, pandangan keamanan di sekolah berbeda pada guru di daerah 3T. Guru di daerah 3T cenderung lebih merasa aman dari Covid-19 dibandingkan daerah lain.
"Mungkin karena kasus Covid-19 di daerah 3T lebih sedikit daripada di non-3T," kata dia menjelaskan.
Salah satu kesimpulan yang didapatkan Wahana Visi Indonesia, yakni guru di 3T lebih khawatir tentang kegiatan pembelajaran. Sementara Guru di wilayah non-3T lebih khawatir masalah kesehatan baik dirinya ataupun siswa.