Ahad 25 Oct 2020 09:39 WIB
Cerita di Balik Berita

Komandan Paspampres Comblangin Anak Buahnya dengan Wartawan

Paspampres juga punya cerita di balik kesibukannya mengawal presiden.

Esthi Maharani, jurnalis Republika
Foto: dokumentasi pribadi
Esthi Maharani, jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Esthi Maharani, Jurnalis Republika

Berinteraksi dengan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) bukan hal yang asing lagi. Apalagi saya sempat bertugas selama tiga tahun di Istana Presiden dan Wakil Presiden di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono.

Kehadiran mereka di lingkungan istana ataupun di sekitar presiden dan wakil presiden tidak lagi menakutkan. Bahkan, saya pun punya beberapa cerita tentang mereka. Termasuk dalam bertemu jodoh. Namun cerita ini bukan cerita saya, melainkan rekan liputan saya di lapangan.

Pada kisaran 2012, seorang kawan tetiba mendekati Komandan Paspampres (Danpaspampres) yang kala itu masih dijabat Agus Sutomo. Tidak ada rasa segan sama sekali, bahkan kawan saya tersebut merayu Danpaspampres untuk mengizinkan wartawan istana main ke Markas Paspampres di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dia ingin melihat kegiatan Paspampres sehari-hari dan latihan yang ditempuh untuk bisa menjadi seorang Paspampres.

Tak disangka, Danpaspampres menanggapi serius rayuan itu. Tadinya, saya berpikir Danpaspampres hanya akan basa-basi dan sekadar meng-iya-kan rayukan tanpa benar-benar direalisasikan. Tapi nyatanya, hanya beberapa pekan setelah obrolan santai sedikit merayu di dalam Istana Negara, undangan resmi pun datang.

Saya tidak terlalu ingat, apakah waktu itu Presiden SBY sedang keluar kota sehingga kegiatan di Istana Presiden otomatis kosong ataukah Presiden SBY berada di Jakarta dan memberikan izin kepada Paspampres dan wartawan istana untuk “beristirahat” dengan bermain sejenak mengenal tugas masing-masing secara lebih dekat ataukah jadwal yang ditentukan telah dirancang sedemikian rupa agar bisa mengakomodasi semua pihak alias curi-curi waktu di sela rutinitas di Istana Presiden.

Di Markas Paspampres, wartawan dijamu layaknya tamu. Ditunjukkan beberapa ruangan latihan hingga ruang hiburan. Bahkan wartawan diajak latihan menembak dan memegang senjata asli yang banyak jenisnya. Saya juga mencoba tapi skor saya buruk sekali waktu itu karena saya gugup luar biasa memegang senjata sungguhan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement