Ahad 25 Oct 2020 12:42 WIB

Hati-Hati, Polusi Udara Sebabkan Depresi

Gangguan mental lebih tinggi di perkotaan karena kurangnya area terbuka hijau

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara, (ilustrasi).
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peningkatan kecil dalam keterpaparan orang terhadap polusi udara disebut memiliki kaitan dengan peningkatan depresi dan kecemasan. Hal itu menurut penelitian awal pada dampak polusi udara terhadap orang dewasa di Inggris.

Para peneliti menemukan peningkatan hirupan nitrogendioksida yang sebagian besar diproduksi kendaraan diesel, meningkatkan risiko gangguan mental umum sebesar 39 persen. Untuk polusi partikel kecil, yang berasal dari pembakaran bahan bakar, serta rem dan debu ban, risikonya meningkat sebesar 18 persen.

Baca Juga

Para ilmuwan juga menemukan orang yang tinggal di tempat dengan tingkat polusi yang lebih tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan mental daripada mereka yang tinggal di daerah yang paling tidak tercemar. Para peneliti mengakui faktor-faktor lain penting untuk kesehatan mental, seperti genetika dan pengalaman masa kanak-kanak.

Studi ini didasari penelitian lebih dari seribu orang dewasa di London selama lima tahun. Para peneliti optimistis hasil studinya relevan untuk kota besar dan kecil di seluruh dunia. Di Inggris, hampir setiap daerah perkotaan memiliki tingkat polusi partikel di atas pedoman Organisasi Kesehatan Dunia karena 90 persen orang menghirup udara kotor.

"Polusi udara bukan satu-satunya faktor yang mungkin berdampak pada munculnya gangguan mental, tetapi ini (polusi udara menyebabkan gangguan mental) dapat dicegah," kata Ioannis Bakolis sebagai kepala studi asal King's College London dilansir dari the Guardian pada Ahad (25/10).

Anggota tim penelitian dari Imperial College London Ian Mudway menilai pentingnya memperkenalkan langkah-langkah mengurangi polusi udara sebagai tindakan pencegahan gangguan kejiwaan. Ia mengatakan tingkat gangguan kesehatan mental diketahui lebih tinggi di daerah perkotaan, dengan salah satu penyebabnya kekurangan ruang terbuka hijau.

"Tetapi hal yang menakjubkan dari studi ini adalah ketika Anda mengontrol semua fitur lain dari lingkungan perkotaan dan faktor sosial ekonomi, pengaruh polusi udara tetap ada. Ini temuan yang sangat kuat," ujar Mudway.

Bank Dunia memperkirakan polusi udara merugikan ekonomi global lima triliun dolar per tahun. Tetapi ini hanya mencakup kerusakan yang disebabkan oleh polusi udara pada jantung dan paru-paru.

"Sekarang ada semakin banyak bukti yang menunjukkan polusi udara tidak baik untuk otak juga. Kita mungkin sebenarnya telah meremehkan efek buruk dari polusi udara pada kesehatan kita dari buaian sampai liang kubur," lanjut Mudway.

Penelitian terbaru mengaitkan polusi udara dengan peningkatan bunuh diri sekaligus menunjukkan tumbuh di tempat yang tercemar meningkatkan risiko gangguan mental. Penelitian lain menemukan polusi udara menyebabkan penurunan kecerdasan dan terkait dengan demensia. Sebuah studi global pada 2019 menyimpulkan polusi udara dapat merusak setiap organ di tubuh manusia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement