Selasa 27 Oct 2020 11:53 WIB

NASA Temukan Molekul Air di Bulan

Ilmuwan mendeteksi molekul tersebut di daerah permukaan Bulan yang diterangi matahari

Rep: Idealisa Masyrafina/Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Bulan (ilustrasi)
Foto: Science Alert
Bulan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Antariksa AS (NASA) telah mengungkapkan bukti konklusif tentang air di Bulan. Deteksi molekul air  ini akan meningkatkan harapan NASA untuk membangun pangkalan bulan.

Tujuannya adalah untuk mempertahankan basis tersebut dengan memanfaatkan sumber daya alam Bulan. Penemuan ini telah dipublikasikan sebagai dua makalah di jurnal Nature Astronomy.

Baca Juga

Tidak seperti deteksi air sebelumnya di bagian kawah bulan yang secara permanen dibayangi, para ilmuwan kini telah mendeteksi molekul tersebut di daerah permukaan Bulan yang diterangi matahari.

"Jumlah air kira-kira setara dengan sebotol air 12 ons dalam satu meter kubik tanah bulan." kata peneliti NASA Casey Honniball dilansir di BBC, Selasa (27/10).

Ia menambahkan para peneliti masih perlu memahami sifat endapan air. Ini akan membantu mereka menentukan seberapa mudah air dapat digunakan oleh penjelajah bulan di masa mendatang. Meski sebelumnya sudah ada tanda-tanda air di permukaan bulan, penemuan baru ini menunjukkan jumlahnya lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Ini memberi kita lebih banyak pilihan untuk sumber air potensial di Bulan. Tempat meletakkan pangkalan Bulan sebagian besar difokuskan pada di mana air berada." kata Dr. Hannah Sargeant, ilmuwan planet dari Universitas Terbuka di Milton Keynes.

Badan antariksa AS telah mengatakan akan mengirim wanita pertama dan pria berikutnya ke permukaan bulan pada 2024 dalam misi Artemis.

Bagaimana ilmuwan menemukan air bulan ini?

Penemuan pertama ini dibuat dari teleskop infra merah udara yang dikenal sebagai Sofia. Observatorium ini, di atas Boeing 747 yang dimodifikasi, terbang di atas sebagian besar atmosfer Bumi, memberikan pemandangan Tata Surya yang sebagian besar tidak terhalang.

Dengan menggunakan teleskop infra merah ini, para peneliti mengambil warna ciri dari molekul air.

Dalam studi lain, para ilmuwan mencari area yang dibayangi secara permanen yang dikenal sebagai perangkap dingin yakni tempat air dapat ditangkap dan disimpan secara permanen. Mereka menemukan perangkap dingin ini di kedua kutub dan menyimpulkan bahwa sekitar 40.000 kilometer persegi permukaan bulan memiliki kapasitas untuk menangkap air.

Dr Sargeant mengatakan ini bisa memperluas daftar tempat di mana manusia mungkin ingin membangun pangkalan.

Ada beberapa misi sekali ke daerah kutub Bulan yang akan datang dalam beberapa tahun mendatang. Namun dalam jangka panjang, ada rencana untuk membangun tempat tinggal permanen di permukaan bulan.

"Ini bisa berpengaruh. Ini memberi kita waktu untuk melakukan penyelidikan. Ini tidak memberi kami banyak waktu karena kami sudah mengerjakan ide-ide dasar Bulan dan ke mana kami akan pergi, tapi itu lebih menjanjikan." jelasnya.

Para ahli mengatakan bahwa air-es bisa menjadi dasar ekonomi bulan di masa depan, setelah kita menemukan cara mengekstraknya. Akan jauh lebih murah untuk membuat bahan bakar roket di Bulan daripada mengirimnya dari Bumi.

Jadi, ketika penjelajah bulan di masa depan ingin kembali ke Bumi, atau melakukan perjalanan ke tujuan lain, mereka dapat mengubah air menjadi hidrogen dan oksigen yang biasa digunakan untuk menggerakkan kendaraan luar angkasa.

Oleh karena itu, pengisian bahan bakar kembali di Bulan dapat menurunkan biaya perjalanan ruang angkasa dan membuat pangkalan bulan lebih terjangkau.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement