REPUBLIKA.CO.ID, Menurut sebuah penelitian polusi udara mungkin telah menyebabkan 170 ribu kematian akibat virus Covid-19 di seluruh dunia. Sebuah tim peneliti internasional memperkirakan 15 persen dari 1,15 juta kematian akibat Covid-19 secara global dapat dihindari jika udaranya lebih bersih.
Mereka mengatakan 14 persen kematian di Inggris sebenarnya bisa dicegah yang setara dengan hampir 6.300 nyawa. Asap beracun yang dikeluarkan oleh mobil dan industri besar menaikkan tingkat kondisi kesehatan yang membuat orang lebih rentan terhadap Covid-19.
Penelitian sebelumnya menyalahkan polusi udara atas sekitar tujuh juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Polusi udara dapat memperburuk atau menyebabkan kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner, diabetes, dan asma.
Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam Jurnal Cardiovascular Research hari ini, para ilmuwan mengamati tingkat polusi di berbagai negara di dunia. Kemudian mereka menggunakan pemodelan matematika untuk menghitung berapa banyak kematian akibat Covid-19 yang sebagian dapat dikaitkan dengan paparan jangka panjang udara beracun.
Para peneliti mengatakan angka tersebut tidak menunjukkan polusi udara secara langsung menyebabkan kematian akibat Covid-19. Seorang ilmuwan indepen menanggapi temuan itu. Dia mengakatan masih terlalu dini untuk menghitung jumlah kematian yang mungkin disebabkan oleh polusi. Tetapi mereka mengakui perkiraan studi tersebut sepenuhnya mungkin.
Studi terbaru berfokus pada jenis polusi yang disebut materi partikulat atau dikenal sebagai PM2.5. Sebagian besar diproduksi oleh asap mobil, pekerjaan konstruksi, dan pembakaran bahan bakar fosil.
Di Inggris, PM2.5 berasal dari berbagai sumber. Termasuk pembakar kayu, lalu lintas jalan raya, proses industri, serta konstruksi dan manufaktur. Para peneliti menggunakan data satelit paparan global terhadap PM2.5 dan informasi tentang kondisi atmosfer untuk menilai seberapa parah polusi di setiap negara.
Terkait sejauh mana polusi udara mempengaruhi kematian akibat virus Covid-19, dapat diperoleh data dari sebuah studi di AS dan studi China tentang polusi udara dan wabah Sars pada 2003. Sebuah model telah dibuat yang dapat menghitung berapa banyak kematian terkait dengan udara beracun sebagai akibat dari tingkat polusi di area tertentu.
Penelitian tersebut menunjukkan data yang dikatkan dengan polusi udara. Yakni 27 persen kematian di Asia, 17 persen di Amerika Utara, dan sekitar 19 persen di Eropa secara keseluruhan.
Proporsi kematian terbesar akibat polusi terjadi di Republik Ceko 29 persen, diikuti oleh Polandia 28 persen, Cina 27 persen, Korea Utara 27 persen, dan Slovakia 27 persen. Jerman, Hongaria, Austria dan Belarusia adalah negara-negara Eropa dengan lebih dari 25 persen kematian yang disebabkan oleh polusi. Sedangkan Inggris berada di urutan ke-53 di dunia dengan proporsi kematian yang lebih tinggi terkait udara beracun.
Di wilayah yang memiliki standar kualitas udara ketat dan tingkat polusi udara relatif rendah seperti Australia dan Selandia Baru, hanya beberapa persen ditemukan kematian akibat Covid-19. Di wilayah dengan standar kualitas udara yang ketat dan tingkat polusi udara yang relatif rendah, seperti Australia dan Selandia Baru, polusi ditemukan hanya dengan beberapa persen kematian akibat Covid-19. Masing-masing tiga persen dan satu persen.
Salah satu penulis penelitian, Profesor Jos Lelieveld dari Institut Max Planck jurusan Kimia di Mainz Jerman mengatakan karena jumlah kematian akibat Covid-19 terus meningkat, itu tidak mungkin memberikan jumlah pasti atau akhir kematian Covid-19 per negara yang dapat dikaitkan dengan polusi udara.
“Namun, sebagai contoh, di Inggris ada lebih dari 44 ribu kematian akibat virus Covid-19 dan kami memperkirakan pecahan yang disebabkan polusi udara adalah 14 persen. Ini berarti lebih dari 6.100 kematian dapat dikaitkan dengan polusi udara,” ujar Lelieveld, dilansir Daily Mail, Selasa (27/10).
Korban meninggal di Inggris saat ini mencapai 44.896, yang berarti 6.300 kematian bisa dihindari. “Di AS, lebih dari 220 ribu kematian akibat Covid-19 dengan sebagian kecil dari 18 persen menghasilkan sekitar 40 ribu kematian yang disebabkan oleh polusi udara,” kata dia.