REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti sedang mengembangkan kandidat vaksin Covid-19 yang lebih poten dibandingkan kandidat-kandidat vaksin lain yang saat ini diuji coba. Vaksin yang menggunakan nanopartikel digadang dapat memicu respons imun yang lebih kuat.
Vaksin inovatif tersebut dikembangkan oleh peneliti dari University of Washington School of Medicine dan telah dioper ke dua perusahaan untuk pengembangan secara klinis. Berdasarkan penelitian pada tikus, vaksin tersebut dapat memicu respons imun terhadap infeksi SARS-CoV-2 10 kali lipat lebih kuat dibandingkan yang ditemukan pada penyintas Covid-19.
Seperti dimuat dalam jurnal Cell, dampak tersebut bisa didapatkan hanya dengan menggunakan dosis vaksin yang enam kali lebih rendah. Tak hanya itu, vaksin juga memancing respons sel memori yang kuat untuk mengingat virus yang menyerang. Kondisi ini memungkinkan tubuh untuk memproduksi antibodi dengan lebih cepat bila terinfeksi.
Pemberian vaksin pada satu kera jenis Pigtail macaques menunjukkan adanya produksi antibodi penetral. Antibodi penetral ini menarget beragam situs di spike protein yang digunakan oleh SARS-CoV-2 untuk masuk dan menginfeksi sel. Kemampuan ini dapat melindungi seseorang untuk kembali terinfeksi oleh strain virus yang telah bermutasi.
Kelebihan lain yang dimiliki, vaksin ini tidak membutuhkan penyimpanan di dalam freezer. Kelebihan ini membuat vaksin lebih mudah diproduksi dan dikirimkan ke berbagai belahan dunia.
Vaksin ini menggunakan nanopartikel yang dapat meniru karakteristik struktural dari SARS-CoV-2. Dengan begitu akan lebih mudah bagi nanopartikel untuk dibentuk dalam ukuran dan bentuk yang sesuai dengan reseptor virus.
"Kemanjuran, stabilitas, dan manufakturabilitas dari kandidat vaksin ini membuatnya berbeda dari kebanyakan (kandidat vaksin) yang sedang dalam investigasi," jelas asisten profesor di bidang biokimia dari University of Washington School of Medicine Dr Neil King, seperti dilansir Medical Xpress.
Akan tetapi, penelitian lebih lanjut terhadap manusia masih dibutuhkan. Vaksin ini dilisensikan oleh dua perusahaan bioteknologi. Uji klinis direncanakan akan dimulai pada penghujung 2020.
"Kami berharap platform nanopartikel dapat membantu melawan pandemi ini yang telah menyebabkan banyak kerugian di dunia kita," jelas Dr King.
Tim peneliti juga merasa senang karena studi mereka mengenai respons antibodi terhadap SARS-CoV-2 dapat menghasilkan kandidat vaksin yang menjanjikan ini.
"Saya merasa senang karena studi kami mengenai respons antibodi terhadap virus corona mengarah ke desain kandidat vaksin yang menjanjikan ini," jelas associate professor di bidang biokimia Dr David Veesler.