REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari sederet penyebab anak muda, terutama mereka yang di bawah usia 30 tahun, terkena diabetes tipe 2 adalah malas berolahraga dan membiarkan pola makan tak sehat yang berakhir pada kelebihan berat badan.
"Diabetes tipe 2 mulanya hanya pada orang dewasa, sekarang pada usia lebih muda, di bawah 30 tahun. Selain faktor keturunan, faktor lingkungan termasuk pola makan dan malas olahraga sehingga gemuk, bisa memicu diabetes pada usia muda," ujar Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika dalam acara virtual bertema diabetes, Selasa (3/11).
Prof. Suas mencatat, pola makan tak sehat ini mencakup sedikit sayur, namun tinggi lemak jenuh dan tinggi kalori. Sementara terkait olahraga, laman WebMD mencatat, kurang dari tiga kali seminggu sudah disebut kurang berolahraga dan perilaku gaya hidup sedenter.
Sekalipun di masa pandemi Covid-19 saat ini, ada beragam pilihan olahraga yang bisa dicoba termasuk berjalan kaki sembari mencari monster virtual lewat game Pokemon Go. Dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto pernah mengatakan, jalan kaki termasuk tipe olahraga aerobik. Namun, jangan abaikan protokol kesehatan.
Pakar penyakit dalam yang pernah menjabat sebagai Executive Board Member, IDF Western Pasific Region, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo menambahkan, kebiasaan merokok juga menjadi faktor pemicu diabetes tipe 2. Oleh karena itu, terutama Anda tanpa riwayat keluarga terkena diabetes, disarankan rajin berolahraga yakni 30 menit per hari, menerapkan pola diet seimbang, berhenti merokok, memeriksakan kadar gula darah berkala untuk mencegah penyakit serupa.
Diabetes tergolong penyakit yang progresif dan kronis. Di Indonesia, prevalensi diabetes merujuk data Riset Dasar Kesehatan Dasar tahun 2007, 2013 dan 2018 menunjukkan peningkatan tajam yakni 5,7; 6,9 dan 10,9 pada orang di atas 18 tahun.
Artinya, sekitar 10-11 juta penduduk Indonesia atau 1 dari 25 orang hidup dengan penyakit pembunuh nomor tiga setelah stroke dan penyakit jantung koroner itu. Sayangnya, sebesar 50 persen penyandangnya tidak menyadari terkena penyakit ini. Akibatnya, potensi mereka baru berkonsultasi dengan dokter saat sudah terjadi komplikasi.
"Ini menyebabkan persoalan diabetes di Indonesia menjadi amat besar. Dari aspek cost sudah menjadi perhatian di samping aspek kesehatan," ujar Prof. Suastika.