REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski tengah tertatih, pariwisata Tanah Air dapat pulih secara signifikan. Namun, dalam pemulihannya bergantung kepada beberapa faktor.
VP Marketing Traveloka Accommodation, Shirley Lesmana, kunci yang pertama adalah kolaborasi erat antara pemangku kepentingan. Baik pemerintah dan pihak swasta serta masyarakat punya peran dalam memulihkan pariwisata yang terdampak pandemi COVID-19. Dia mengemukakan tiga faktor penting dalam membangkitkan kepercayaan masyarakat untuk kembali bepergian.
"Penerapan protokol kesehatan, promosi harga dan fleksibilitas booking," kata Shirley dalam konferensi pers virtual, Rabu (4/11).
Saat ini tren pemulihan permintaan wisata di Indonesia, terutama pada sektor akomodasi, ditopang oleh perjalanan jarak pendek seperti staycation dan road trip. Shirley mengatakan, minat ini juga bisa dilihat dari kata kunci "staycation" berdasarkan Google trend data yang meningkat dua kali lipat pada kuartal ketiga 2020 dibandingkan tahun sebelumnya.
"Inovasi berbasis teknologi dan fokus kepada pelanggan jadi kunci pemulihan," ujar dia.
Tahun ini, semua promosi dilakukan secara virtual karena adanya pembatasan untuk menekan risiko penyebaran virus corona baru. Hal yang dicoba oleh Traveloka untuk berpromosi adalah memanfaatkan livestream, kanal penjualan yang sedang naik daun. Melalui livestream, kesempatan berinteraksi kepada pelanggan dalam skala besar dapat terjadi.
Menurunnya pergerakan wisatawan, terutama dari mancanegara, menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan revitalisasi dan perbaikan infrastruktur pariwisata. Hal ini perlu dilakukan di berbagai daya tarik wisata di tanah air.
Sejauh ini tercatat wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar negeri pada 2018 sebesar 9,5 juta orang dengan pengeluaran sebesar 1.090 dolar AS per keberangkatan per pax. Jika ditotal, ada potensi sebesar 10,355 miliar dolar AS atau kurang lebih Rp150 triliun yang bisa dimaksimalkan jika masyarakat memilih melakukan perjalanan aman di dalam negeri