Tuesday, 1 Jumadil Akhir 1446 / 03 December 2024

Tuesday, 1 Jumadil Akhir 1446 / 03 December 2024

Yena-Atep Janjikan Gudang untuk Tampung Hasil Bumi Petani

Jumat 06 Nov 2020 18:04 WIB

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Gilang Akbar Prambadi

Bakal calon Bupati Bandung Yena Masoem (kiri) bersama bakal calon Wakil Bupati Atep Rizal tiba untuk menyerahkan berkas pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati di Kantor KPU Kabupaten Bandung, Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat (4/9). Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bandung mulai membuka pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung Pilkada Serentak 2020 hingga 6 September 2020. Foto: Abdan Syakura/Republika

Bakal calon Bupati Bandung Yena Masoem (kiri) bersama bakal calon Wakil Bupati Atep Rizal tiba untuk menyerahkan berkas pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati di Kantor KPU Kabupaten Bandung, Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat (4/9). Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bandung mulai membuka pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung Pilkada Serentak 2020 hingga 6 September 2020. Foto: Abdan Syakura/Republika

Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Atep adalah kapten Persib saat juara Liga Indonesia 2014

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bandung nomor urut dua, Yena Iskandar Ma'soem dan Atep memaparkan janji kampanyenya di bidang pertanian. Jika terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati, mereka kan menyiapkan pergudangan untuk menampung hasil bumi dari para petani.

Konsep pergudangan tersebut akan dibangun sebagai untuk merealisasikan program ketahanan pangan di Kabupaten Bandung. Tena menyebut konsep tersebut membuat harga hasil pertanian bisa terjaga dan petani tidak akan merugi.

"Apalagi nanti Kabupaten Bandung tak perlu lagi harus mendatangkan komoditas hasil pertanian dari wilayah lain jika pada kenyataannya mengalami kelangkaan. Kalaupun ada surplus hasil tani, harga hasil tani tidak akan anjlok," kata Yena dalam rilis yang diterima Republika, Jumat (6/11).

Yena menyebut potensi pertanian di Kabupaten Bandung cukup menjanjikan. Dia menyebut tanah di Kabupaten Bandung cukup subur untuk ditanami segala jenis tanaman.

Namun kondisi inflasi di Indonesia sering kali menyebabkan kenaikan harga dan membatasi kemampuan belanja masyarakat. Kondisi ini tentu mempengaruhi perdagangan di saat suplai hasil petani tinggi. Padahal, hasil tani memiliki batas waktu ketahanan.

"Karena itu seringkali para petani menjual harga dengan rendah daripada hasil panennya tidak terjual semua. Artinya ada potensi kerugian yang akan dialami para petani," katanya.

Konsep pergudangan bisa menjadi salah satu cara untuk mengantisipasi kejadian itu. Dengan konsep itu, pemerintah bisa membuat standar harga untuk hasil pertanian. Nantinya, hasil pertanian dibeli oleh Pemkab dan perusahaan.

"Jadi para petani memiliki jaminan hasil buminya dibeli. Tidak perlu khawatir jika sewaktu-waktu harga turun atau naik di pasaran, hasil bumi tetap dibeli. Sehingga ada sinergi antara petani, pemerintah dan perusahaan," katanya.

 
 

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler