REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti mendapati temuan baru yang menunjukkan antibodi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19 dapat bertahan lebih dari enam bulan sejak orang pertama kali mengalami infeksi. Menurut peneliti, penyintas Covid-19 tampak memiliki antibodi yang kuat dan bereaksi cepat ketika mereka kembali terinfeksi.
Peneliti menganggap, temuan ini mungkin menjelaskan mengapa infeksi ulang sangat jarang. Hasil studi yang belum ditinjau sejawat dan dimuat di situs penelitian akses terbuka BioRxiv itu sekaligus memberi pencerahan setelah berbulan-bulan spekulasi yang tidak pasti soal respons kekebalan.
"Ini berita yang sangat bagus. Harapannya adalah orang-orang mampu menghasilkan respons antibodi yang cepat guna melawan infeksi dalam banyak kasus," kata Michel Nussenzweig selaku anggota senior tim studi tersebut sekaligus kepala imunologi molekuler di Rockefeller University Manhattan, dilansir Fox News pada Sabtu (7/11).
Para ilmuwan menyebutnya memori sistem kekebalan yang didukung oleh milisi anti-virus sel T dan B. Kedua jenis sel kekebalan tersebut bekerja sama dalam upaya menghasilkan antibodi dalam darah kemudian menekan dan membunuh SARS-CoV-2.
Lebih khusus lagi, sel-T memimpin serangan terhadap virus secara langsung dengan memusnahkan sel yang terinfeksi. Adapun sel-B berperan menganalisis virus untuk menghasilkan antibodi. Akhirnya, makrofag sebagai sel kekebalan penting akan datang untuk membersihkan virus itu.
Setelah berhasil mengatasi serangan virus penyebab Covid-19, sistem kekebalan menyimpan memori sel T dan B yang telah mengembangkan pertahanan terhadap SARS-CoV-2. Jika suatu saat orang diusik virus yang sama, "pasukan antibodi" akan dilepaskan untuk kembali melawan virus.
Studi Rockefeller ini melibatkan 87 pasien Covid-19 yang diuji antibodi setelah satu bulan dan sekali lagi sekitar enam bulan di mana saat itu pertahanan mereka turun menjadi hanya sekitar 20 persen dibandingkan dengan kadar puncaknya. Namun, para peneliti tak begitu peduli dengan keseluruhan konsentrasi antibodi yang tersisa karena secara khusus telah terbukti bahwa kekebalan tubuh telah diperkuat untuk memerangi penyakit untuk kedua kalinya.
Pada saat yang sama, Konsorsium Imunologi Coronavirus Inggris belum lama ini mengunggah studi imunitas. Penelitiannya terhadap 100 orang yang sebelumnya dites positif Covid-19 menunjukkan respons sel-T yang kuat enam bulan kemudian.
"Respons sel-T muncul pada semua individu pada enam bulan setelah infeksi SARS-CoV-2. Memori pertahanan diri yang kuat terhadap virus bertahan setidaknya selama enam bulan," tulis hasil studi tersebut.