REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 menyebabkan berbagai sektor kehidupan terganggu, tak terkecuali pada bidang perbukuan. Direktur Republika Penerbit, Arys Hilman, mengatakan, pembelian buku selama pandemi mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan, pandemi Covid-19 terjadi cukup panjang dan membuat masyarakat harus mengatur pengeluaran mereka dengan ketat. Arys menilai, perhatian sebagian besar masyarakat saat ini adalah memenuhi kebutuhan primer, yakni soal pangan dan sandang. Meskipun demikian, penjualan buku secara online mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
"Masyarakat tidak bisa bepergian ke toko buku, tetapi mereka dapat memesan secara online," kata Arys, dalam keterangan yang diterima Republika, Rabu (11/11).
Dilihat dari penjualan buku secara online yang meningkat, artinya permintaan buku secara digital juga meningkat. Namun, Arys berpendapat meningkatnya permintaan buku digital tetap tidak bisa menggantikan penurunan penjualan buku cetak.
Ia mengatakan, sebanyak 96,71 juta masyarakat Indonesia masyarakat Indonesia belum tersentuh oleh internet. Oleh karena itu, keberadaan buku cetak tetap diperlukan, bahkan menjadi stempel validasi.
"Buku cetak tetap diperlukan, digitalisasi jangan terlalu bersemangat, jadi harus disesuaikan dengan kebtuhan. Dan pahami perubahan, lalu jadikan disrupsi saat ini sebagai peluang. Kita perlu berkolaborasi dan bertransformasi untuk memenangkan pertarungan saat ini," ujar dia lagi.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, Hikmat Kurnia menyambut baik gagasan Arys terkait kolaborasi dan transformasi. Menurutnya, saat ini memang diperlukan kerja sama antarpenerbit untuk bersama-sama berkolaborasi dalam mendorong pertumbuhan pasar.
"Ini (kolaborasi dan transformasi) gagasan baik dalam meningkatkan sinergi antarpenerbit agar tetap survive," kata Hikmat.