Rabu 11 Nov 2020 18:51 WIB

CDC: 9 Persen Pasien Covid-19 Diopname Lagi 2 Bulan Kemudian

CDC telah mengelompokkan penyintas Covid-19 yang berpotensi kembali diopname.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Tenaga medis mengenakan masker pelindung saat membawa pasien masuk ke rumah sakit di New York, Amerika, Ahad (29/3). Covid-19 bisa menyerang kelompok usia mana pun dengan sejumlah gejala mulai dari ringan hingga berat.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Tenaga medis mengenakan masker pelindung saat membawa pasien masuk ke rumah sakit di New York, Amerika, Ahad (29/3). Covid-19 bisa menyerang kelompok usia mana pun dengan sejumlah gejala mulai dari ringan hingga berat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak sembilan persen pasien Covid-19 yang dirawat kembali dalam dua bulan setelah keluar dari rumah sakit. Menurut laporan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kemungkinan diopname meningkat pada pasien tertentu.

Kejadian itu ditemui pada pasien di atas usia 65, memiliki kondisi kronis, atau pasien yang dipulangkan ke fasilitas perawatan atau menjalani perawatan kesehatan di rumah. Demikian juga dengan mereka yang telah dirawat di rumah sakit dalam waktu tiga bulan sebelum rawat inap terkait Covid-19.

Baca Juga

Lebih lanjut, CDC menemukan bahwa hingga 1,6 persen dari pasien yang sudah dipulangkan kembali diopname sebanyak beberapa kali dalam dua bulan kemudian. Dilansir Fox News, Rabu (11/11), laporan tersebut menganalisis data dari 106.543 pasien Covid-19 yang telah dipulangkan setelah dirawat di rumah sakit.

CDC mencatat bahwa diagnosis virus corona pada orang yang kembali dirawat tidak dikonfirmasi di laboratorium. Akan tetapi, CDC mencatat bahwa temuannya selaras dengan analisis dari publikasi lain yang mengungkap kelompok dengan kondisi kronis serupa juga kembali diopname.

"Pasien yang pernah dirawat di rumah sakit karena Covid-19 umumnya kembali diopname dengan diagnosis gangguan pada sistem peredaran darah, pencernaan, atau pernapasan," ungkap laporan CDC.

Menurut CDC, hal yang menjadi pekerjaan rumah adalah mencermati catatan diagnosis terperinci dari penyintas Covid-19 yang pernah dirawat lalu kembali masuk rumah sakit. Informasi itu penting untuk lebih memahami gejala sisa Covid-19 atau kondisi kesehatan yang memerlukan perawatan yang diperpanjang atau berkelanjutan.

CDC mengatakan, diperlukan perencanaan untuk kemungkinan perawatan akut dan tindak lanjut. Perhitungan potensi rawat inap ulang pada pasien Covid-19 yang baru dipulangkan juga dapat membantu rumah sakit lebih mempersiapkan langkah antisipasi lonjakan kasus.

Dengan peningkatan kasus belum lama ini di seluruh negeri, rumah sakit dalam menyusun perencanaan dapat mempertimbangkan peningkatan jumlah ini bersama dengan potensi setidaknya sembilan persen pasien kembali diopname. Itu artinya, rumah sakit akan membutuhkan tambahan tempat tidur dan sumber daya.

"Penting untuk terus melakukan edukasi dan intervensi kesehatan masyarakat yang berkelanjutan untuk mencegah Covid-19 pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi medis mendasar," jelas laporan.

Pada Senin, AS melewati tonggak sejarah yang suram karena jumlah kasus virus corona yang tercatat sejak pandemi mencapai lebih tinggi dari 10 juta. Berita itu datang pada hari yang sama ketika Pfizer melaporkan temuan yang menjanjikan dari uji klinis yang menyebut vaksin Covid-19 miliknya 90 persen efektif dengan rejimen dua dosis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement