Rabu 11 Nov 2020 21:09 WIB

Stres dan Kepanikan Akibat Pandemi Bisa Picu Psikosomatis

Masyarakat diimbau untuk mengelola stres dan kepanikannya agar tak berlarut.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Sedih dan menangis (ilustrasi). Ada banyak tekanan yang dirasakan masyarakat dari berbagai kalangan selama delapan bulan terakhir dilanda pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Prayogi
Sedih dan menangis (ilustrasi). Ada banyak tekanan yang dirasakan masyarakat dari berbagai kalangan selama delapan bulan terakhir dilanda pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 di Indonesia telah terjadi selama delapan bulan terakhir. Tak hanya ancaman penularan, pandemi juga memengaruhi kesehatan mental seluruh lapisan masyarakat dengan beragam tekanan yang dihadirkannya.

"Masyarakat dalam kurun waktu delapan bulan terakhir harus di rumah saja, pasti menimbulkan tekanan bagi hampir semua kalangan," kata psikolog klinis Rena Masri saat webinar aplikasi layanan kesehatan Halodoc mengenai Kesehatan Holistik, Rabu (11/11).

Baca Juga

Rena menyebutkan, hasil survei psikologi menyebutkan dampak jangka pendek akibat pandemi, yaitu stres, kepanikan, ketakutan yang terus-menerus ketika membaca berita terkait Covid-19 hingga kebingungan mengenai tes Covid-19. Selain itu, ia menyebutkan keluhan psikosomatis juga dirasakan, misalnya, setelah keluar rumah, seseorang kemudian merasakan tidak enak di tenggorokan, pusing, atau gangguan pencernaan.

Belum lagi keluhan lainnya terkait perubahan pola makan dan pola tidur. Overthinking, kecemasan yang menyebabkan pola tidur dan makan berubah, serta sulit konsentrasi juga dapat membuat tugas-tugas, baik sekolah, kuliah maupun kerja, tidak kunjung selesai.

"Kalau dampak jangka pendek tidak dapat dikelola dengan baik, tidak bisa dihadapi, maka bisa menimbulkan dampak jangka panjang," ujarnya.

Rena menyebut, akibat jangka panjang pandemi ini bisa beragam. Misalnya, ketika lebih dari satu anggota keluarga meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19 maka tragedi ini bisa menimbulkan trauma bagi keluarganya yang masih hidup.

Tekanan berkepanjangan selama delapan bulan terakhir, menurut Rena, juga dapat membuat orang merasakan panik ketika keluar rumah. Depresi lama-lama bisa melanda kalau setiap ada barang belanjaan dari luar yang dibawa ke rumah dikhawatirkan secara berlebihan dapat membawa virus.

"Cuci tangan berlebihan karena akibat kebiasaan dan ketakutan yang berlebihan juga bisa demikian dampaknya. Ini dampak jangka panjang kalau tekanan jangka pendek belum bisa dikelola," katanya.

Rena menyerukan agar masyarakat yang merasakan sesuatu atau kondisi yang berubah seperti sulit tidur, cemas, atau panik, untuk berkonsultasi dengan psikolog, termasuk lewat aplikasi dalam jaringan. Ia menyebutkan, kemudahan koneksi membuat seseorang bisa langsung berkonsultasi pada ahlinya dan kemudian mendapatkan tips untuk lebih baik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement