Kamis 12 Nov 2020 03:08 WIB

Memperbesar Porsi Sarapan tak Bantu Turunkan Berat Badan

Studi terbaru mematahkan anggapan yang berkembang luas soal penurunan berat badan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Berat badan tidak turun meski sudah diet (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Berat badan tidak turun meski sudah diet (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada anggapan bahwa menyantap makanan lebih banyak di pagi hari dapat membantu penurunan berat badan dengan lebih cepat. Anggapan ini terbukti keliru, menurut sebuah studi terbaru.

Studi ini melibatkan 41 orang partisipan yang dibagi ke dalam dua kelompok. Seluruh partisipan menjalankan pola makan sehat yang sama.

Baca Juga

Dalam studi yang berlangsung selama 12 pekan ini, seluruh makanan yang disantap para partisipan disiapkan oleh pihak peneliti. Yang membedakan, kelompok pertama menyantap 80 persen asupan kalori mereka sebelum jam 13.00 siang. Kelompok kedua menyantap 50 persen asupan kalori mereka setelah jam 17.00 sore.

Berat badan dan tekanan darah para partisipan diukur di awal studi. Setelah itu, pengukuran juga dilakukan pada pekan keempat, kedelapan, dan ke-12.

Meski memiliki jam makan yang berbeda, hasil studi menunjukkan bahwa para partisipan dari kedua kelompok berhasil menurunkan berat badan. Seluruh partisipan juga berhasil menurunkan tekanan darah mereka. Tak ada perbedaan yang signifikan di antara pencapaian kedua kelompok tersebut.

"Kita telah lama bertanya-tanya, apakah waktu saat seseorang makan memengaruhi cara tubuh menggunakan dan menyimpan energi," ujar peneliti Dr Nisa Maruthur dari Johns Hopkins University, seperti dilansir WebMD.

Dr Maruthur mengatakan, dia dan rekan penelitinya sempat mengira bahwa pembatasan waktu makan yang diterapkan pada kelompok pertama dapat mendorong penurunan berat badan yang lebih banyak. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak terjadi.

"Kami tak melihat adanya perbedaan penurunan berat badan pada mereka yang menyantap sebagian besar makanan di awal hari dibandingkan malam hari, kami juga tidak melihat dampak (perbedaan) pada tekanan darah," jelas Dr Maruthur.

Temuan terbaru ini akan dipresentasikan pada Jumat di pertemuan tahunan virtual American Heart Association (AHA). Temuan yang dipresentasikan dalam pertemuan medis masih dianggap sebagai temuan pendahuluan sebelum dipublikasikan pada jurnal dengan ulasan sejawat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement