Kamis 12 Nov 2020 06:14 WIB

Mendengar Kamala Harris: Imigran yang Kini Jadi Wapres AS

Wanita yang menjadi Wakil Presiden sebuah negara paling kuat di dunia.

Wakil Presiden terpilih Kamala Harris berbicara di teater The Queen, Selasa, 10 November 2020, di Wilmington, Del.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Wakil Presiden terpilih Kamala Harris berbicara di teater The Queen, Selasa, 10 November 2020, di Wilmington, Del.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Denny JA

“Wanita paling bertanggung jawab atas kehadiranku di sini hari ini adalah ibuku, Shyamala Gopalan Harris. Ia selalu ada di hati kami.”

“Ketika dia datang ke sini dari India pada usia 19, mungkin dia tidak membayangkan momen ini.”

“Tapi dia sangat percaya pada Amerika di mana momen seperti ini mungkin terjadi.”

“Jadi, saya memikirkan tentang dia dan tentang generasi wanita-wanita kulit hitam. Wanita Asia, Kulit Putih, Latin, dan Pribumi Amerika. Sepanjang sejarah bangsa kita yang telah membuka jalan untuk momen malam ini.”

Cukup tersentuh hati saya. Pidato Kamala Harris dalam victory speech itu terasa ditulis dengan hati.

Lebih tersentuh lagi karena sebelumnya saya sudah membaca soal hubungan Kamala Harris dengan ibunya.

***

Ibu Kamala, Syamala Gopalan, tak sempat mendengar pidato itu. Syamala wafat tahun 2009, 11 tahun lalu.

Di tahun itu, Kamala membawa abu dari jenazah Ibunya ke India. Abu itu ia lepas dan ia semai di Lautan India.

Walau ibunya sudah 51 tahun tinggal di Amerika Serikat, sejak tahun 1958, tetapi ada pesan ibu, yakni tetap ingin jazadnya menyatu dengan lautan India. (1)

Kakek Kamala bernama P.V Gopalan. Ia pegawai negeri India. Seorang Hindu-Tamil, yang hidupnya berpindah pindah dari Madras, New Delhi, Mumbai dan Calcuta.

Sang kakek dan neneknya menikah karena dijodohkan keluarga (arranged marriege). Tanpa pernah pacaran tapi dijodohkan keluarga itu hal yang lumrah dalam tradisi India era itu. Namun kakek berpikiran terbuka untuk pendidikan putrinya, Syamala.

Sang kakek cukup nekat. Ia habiskan tabungan pensiun untuk membiayai kuliah putrinya ke Amerika Serikat. Syamala pun tumbuh sebagai mahasiswa lalu periset pada University of California.

Ketika menjadi mahasiswi, Syamala sempat menghadiri aneka pertemuan mahasiswa dalam perkumpulan Afro American Association. Berkumpul di sini termasuk mereka yang menjadi aktivis dan pendiri Black Panther Party.

Dalam pertemuan itu, Syamala berjumpa mahasiswa dari Jamaica yang menjadi pembicara: Donald J Harris. Mereka menikah. Kamala pun meletakkan nama ayahnya, Harris, di belakang namanya: Kamala.

Ibu dan ayahnya kemudian bercerai. Kamala ikut ibunya. Ayahnya, Donald J Harris, sampai kini mengajar di Standford University, di Amerika Serikat.

Kamala dan adiknya sempat mengujungi keluaga Ayah di Jamaica. Juga mereka mendatangi keluarga Ibunya di India.

Kamala datang dari ibu dan ayah pecinta ilmu dan riset. Kamala pun tumbuh dengan otoritas ilmu pengetahuan. Ia sekolah di universitas yang sama dengan ibunya: University of California.

Kamala tumbuh kembang sebagai ahli hukum. Ia berkarier hingga puncak sebagai attorney general California di tahun 2010. Ia terpilih kembali pada 2014.

Ia lalu menapak kakinya di dunia politik. Kamala bertarung untuk menjadi senator. Ia pun terpilih menjadi senator wanita pertama dengan latar dari Asia Selatan.

Tahun 2020, Kamala maju lebih jauh lagi. Ia melangkah menominasikan diri menjadi capres Amerika Serikat melalui Partai Demokrat.

Kamala menjadi pengeritik keras Joe Biden. Tapi ia dikalahkan Joe Biden. Nasib tak diduga, ia malah digandeng Joe Biden menjadi running mate untuk maju bersama. Mereka menantang dan akhirnya mengalahkan Donald Trump.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement