Kamis 12 Nov 2020 11:43 WIB

Kehidupan Setelah Sembuh dari Covid-19

Covid-19 berdampak pada kesehatan, kehidupan pribadi dan finansial.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru mengungkapkan hal-hal tentang kehidupan setelah seseorang terkena infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) dan bertahan dari penyakit ini. Penelitian menunjukkan ada efek jangka panjang yang besar pada kesehatan, bahkan hingga pekerja, dan hal pribadi yang terdampak.

Dilansir Eurekalert, penelitian mengungkap dalam dua bulan setelah sembuh dari COVID-19 dan dapat meninggalkan rumah sakit  hampir tujuh persen pasien meninggal. Termasuk diantaranya adalah lebih dari 10 persen pasien yang sempat menjalani perawatan intensif di ICU.

Baca Juga

Tak hanya itu, sebanyak 15 persen pasien juga harus kembali menjalani perawatan di rumah sakit. Data dalam penelitian berasal dari 1.250 pasien yang dirawat di 38 rumah sakit di seluruh Michigan, Amerika Serikat (AS) pada Maret hingga  Agustus. Ini adalah salah satu negara bagian yang paling awal mengalami puncak kasus COVID-19.

Ketika para peneliti mewawancarai 488 pasien yang sembuh dari COVID-19 melalui telepon sekitar 60 hari setelah dirawat di rumah sakit, mereka mendengar cerita mengenai penderitaan kesehatan dan hidup.

Data menunjukkan bahwa beban COVID-19 jauh melampaui rumah sakit dan jauh melampaui kesehatan. "Korban jiwa, finansial dan fisik dari penyakit ini di antara para penyintas tampak substansial,” ujar Vineet Chopra, penulis utama studi, sekaligus kepala pengobatan rumah sakit di University of Michigan.

Lebih dari 39 persen pasien yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka belum kembali ke aktivitas normal, dua bulan setelah meninggalkan rumah sakit. Sebanyak 12 persen pasien mengatakan bahwa mereka tidak dapat lagi melakukan perawatan dasar untuk diri mereka sendiri.

Hampir 23 persen mengatakan bahwa merasa sesak saat menaiki tangga. Sepertiga pasien memiliki gejala mirip COVID-19 lagi, termasuk banyak yang masih bermasalah dengan kemampuan indera perasa atau bau.

Dari orang-orang yang memiliki pekerjaan sebelum terkena COVID-19, sebanyak 40 persen mengatakan mereka tidak dapat kembali bekerja. Sebagian besar karena kondisi kesehatan dan beberapa karena mereka kehilangan pekerjaan.

Sebanyak 26 persen dari mantan pasien COVID-19 yang telah kembali bekerja mengatakan bahwa mereka harus bekerja lebih sedikit atau harus mengurangi tugas karena kesehatan mereka. Hampir setengah dari yang diwawancarai mengatakan bahwa ini dipengaruhi secara emosional oleh pengalaman mereka dengan COVID-19, termasuk minoritas yang mengatakan bahwa mereka mencari perawatan kesehatan mental.

Lebih dari sepertiga, yaitu 37 persen dari mereka yang diwawancarai mengatakan pengalaman dengan COVID-19 telah membuat dampak finansial kecil. Hampir 10 persen mengatakan telah menggunakan sebagian besar atau seluruh tabungan mereka. Tujuh persen responden mengatakan harus menjatah makanan, perumahan atau obat-obatan karena biaya.

"Banyaknya orang yang berjuang setelah COVID-19 membawa urgensi baru untuk mengembangkan program untuk lebih mempromosikan dan mendukung pemulihan setelah penyakit akut," jelas Hallie Prescott, penulis senior dan dokter perawatan paru di University of Michigan dan Fasilitas Perawatan Kesehatan VA Ann Arbor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement