Jumat 13 Nov 2020 16:54 WIB

Kasus Campak 2019 Capai Rekor Tertinggi dalam 23 Tahun

Hampir 87 ribu kasus campak terjadi pada 2019 dengan jumlah kematian 207.500.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin kepada anak usia sekolah dasar di SDS Dian Kencana, Jalan BKR, Kota Bandung, Kamis (12/11). Bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan memberikan vaksin, Campak, Rubella, Difteri Tetanus dan Tetanus Difteri guna meningkatkan kesehatan dan terhindar dari penyakit. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin kepada anak usia sekolah dasar di SDS Dian Kencana, Jalan BKR, Kota Bandung, Kamis (12/11). Bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah dengan memberikan vaksin, Campak, Rubella, Difteri Tetanus dan Tetanus Difteri guna meningkatkan kesehatan dan terhindar dari penyakit. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Jumlah anak yang menderita campak pada 2019 mencapai rekor yang tertinggi dalam 23 tahun terakhir. Kabar ini diumumkan dalam data baru yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS).

Dalam sebuah penelitian, WHO dan CDC mengatakan, ada hampir 87 ribu kasus campak pada 2019, dengan jumlah kematian hingga 207.500. Angka ini menunjukkan peningkatan hingga 50 persen sejak 2016.

Baca Juga

Salah satu dugaan penyebab peningkatan ini adalah penurunan vaksinasi yang signifikan. Anak-anak harus menerima dua dosis vaksin campak untuk mengindari penyakit yang sangat menular ini.

"Data menujukkan secara jelas bahwa kami gagal melindungi anak-anak dari campak di setiap wilayah di dunia," usar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.

Untuk mencegah wabah campak, WHO memperkirakan sekitar 95 persen populasi harus diimunisasi. Cakupan vaksinasi dengan menggunakan dua vaksin campak telah terhenti antara 70 persen hingga 85 persen secara global.

WHO dan CDC memperingatkan bahwa upaya global untuk menghentikan pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) juga telah mempersulit kampanye vaksinasi campak, yang memungkinkan penyakit itu menyebar lebih jauh. Kedua badan tersebut mengatakan bahwa pada November ada lebih dari 94 juta orang di 26 negara berisiko tidak bisa mendapatkan vaksinasi campak, karena kampanye vaksinasi campak yang dihentikan.

Banyak dari negara-negara tersebut menderita epidemi yang sedang berlangsung. Dari negara-negara dengan layanan imunisasi yang tertunda tahun ini, hanya delapan yang telah memulai kembali, yaitu di antaranya adalah Brasil, Republik Afrika Tengah, Kongo, Ethiopia, Nepal, Nigeria, Filipina, dan Somalia.

Campak kebanyakan menyerang anak balita dan bisa berakibat fatal pada mereka yang kekurangan gizi atau memiliki sistem kekebalan yang lemah. Lebih dari 95 persen kematian akibat campak terjadi di negara berkembang.  Bahkan, di seluruh wilayah Eropa, penyakit ini tercatat menyebabkan wabah besar setiap tahunnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement