REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang bertanya-tanya, mana yang lebih baik antara beras putih dan beras coklat? Sebagian mungkin pernah mendengar bahwa beras coklat dianggap lebih sehat daripada beras putih. Tapi, penting untuk memahami perbedaan keduanya.
Pakar nutrisi berlisensi Los Angeles, Lisa DeFazio, mengatakan beras coklat memiliki lebih banyak serat, vitamin, dan mineral dibandingkan beras putih. Muatan itu diketahui dari perbandingan beras putih dan beras coklat setelah ditanak.
Cara mudah menambahkan serat dalam makanan adalah dengan menambahkan beras coklat. Jenis beras tersebut mengandung sekitar lima kali serat dan sedikit lebih banyak protein, kalori, dan vitamin daripada nasi putih.
DeFazio menuturkan, dalam aspek itu beras coklat memang lebih sehat. Tinjauan studi di European Journal of Epidemiology mengungkap, beras coklat dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan menurunkan risiko diabetes tipe dua.
"Nasi putih dapat meningkatkan gula darah dengan cepat, sedangkan nasi coklat memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dan memperlambat peningkatan gula darah," kata DeFazio, dikutip dari laman The Healthy, Jumat (13/11).
Riset dalam American Journal of Clinical Nutrition juga menyebutkan konsumsi rutin nasi coklat membantu menekan risiko penyakit jantung dan menurunkan kadar kolesterol jahat. Itu karena antioksidannya yang sangat kuat.
Beras coklat diketahui kaya lignan, komponen yang diasosiasikan dengan penurunan kolesterol serta tekanan darah yang lebih rendah. Manfaat lainnya, jenis beras ini kaya magnesium yang penting untuk jantung sehat.
Orang yang ingin mengendalikan berat badan pun disarankan menjajal menu ini. Studi yang melibatkan 30 ribu orang dewasa dan 15 ribu anak-anak mengungkap, makan nasi coklat membuat peserta memiliki berat badan ideal.
Percobaan lain yang diikuti 40 perempuan yang mengidap obesitas mendapati makan nasi coklat menurunkan berat badan dan memperkecil lingkar pinggang. Temuan sudah dipublikasikan pada International Journal of Preventative Medicine.
Akan tetapi, porsinya harus terkendali, karena beras coklat kaya fosfor dan kalium. DeFazio mewanti-wanti, aturan itu perlu sangat diperhatikan bagi mereka yang menjalankan diet renal untuk penanganan sakit ginjal.
Dengan kata lain, pengidap penyakit ginjal harus hati-hati dengan nasi coklat. Diet tersebut lazimnya hanya boleh memuat natrium dan kalium maksimal 2.000 miligram per hari dan fosfor sebanyak 800–1.000 miligram per hari.
"Saat penyakit ginjal kronis menyerang, ginjal tidak bisa menghilangkan kelebihan natrium, kalium, dan fosfor dari tubuh. Jadi, pasien berisiko tinggi mengalami peningkatan kadar mineral tersebut," ungkap DeFazio.
Kekurangan lain dari nasi coklat adalah masalah pencernaan. Untuk orang dengan masalah usus atau pengidap sindrom iritasi usus besar (IBS) dan gangguan lainnya, nasi putih mungkin merupakan pilihan yang lebih baik.
Nasi putih lebih cepat dicerna karena muatan serat yang lebih sedikit. Memang tidak bagus untuk pengidap diabetes, tapi merupakan pilihan sempurna untuk atlet karena memberikan energi yang cepat untuk latihan dan membantu pemulihan otot.
"Para atlet lebih menyukai nasi putih karena lebih mudah dicerna, tidak menyebabkan masalah pencernaan seperti gas dan kembung, serta tidak menghalangi kemampuan tubuh menyerap zat gizi mikro seperti halnya nasi coklat," tutur DeFazio.
Secara pribadi, Defazio menyukai keduanya. Dia menyantap nasi putih dan nasi coklat sesuai suasana hati. Menurut dia, memilih nasi putih atau nasi coklat tergantung pada preferensi kesehatan dan selera masing-masing orang.