REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini semua orang bisa menjadi “jurnalis”. Orang sudah lumrah dengan istilah jurnalisme warga alias citzen journalism.
Meski begitu, tentu ada perbedaan mendasar antara jurnalisme warga dan wartawan profesional. Hal itu turut dibahas Redaktur Pelaksana Republika, Subroto, dalam acara virtual “Jurnalistik Milenial” bersama Kemendikbud dengan peserta pelajar serta mahasiswa. Menurut Subroto, perkembangan jurnalisme warga ke depan bisa semakin banyak, akan tetapi untuk keakuratan hingga diadopsi menjadi sebuah profesi, belum dapat dipastikan.
“Kalau wartawan bekerja di media, prinsipnya sangat ketat, terikat aturan dewan pers serta sertifikasi wartawan untuk meningkatkan profesionalitas,” kata Subroto.
Prinsip menghasilkan karya jurnalistik sangat ketat sehingga hasilnya adalah fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. Beda dengan jurnalisme warga yang masih ada potensi hoaks.
Subroto mencontohkan nilai dari berita yang terdiri dari fakta, aktualitas, penting. Bisa saja saja ada berita beberapa tahun belakangan namun dimunculkan kembali sebagai berita saat ini oleh jurnalisme warga, itu masuknya menjadi hoaks.
Sebagai wartawan pasti bisa melakukan kesalahan, seperti salah menulis nama narasumber, salah kutip dan kesalahan teknis lainnya. Akan tetapi tetap pekerjaaan jurnalistik menghasilkan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk fenomena saat ini di mana media sering mengutip akun di media sosial itu juga diperbolehkan selama akun terverifikasi. Akan tetapi data bisa tidak ditelan mentah-mentah, melainkan dapat ditindaklanjuti dengan konfirmasi maupun pengembangan lebih jauh.
Adapun wartawan senior yang sudah bekerja sejak 1996 itu juga memberikan materi seputar nilai berita, langkah menulis berita, pemilihan sudut menarik dan lainnya. Selain itu, tips untuk menjadi seorang jurnalis dan mengetahui gairah yang bisa menjadi bekal sebagai buruh tinta. Acara Jurnalistik Milenial juga menghadirkan narasumber lain yakni motivasi untuk milenial oleh Rusprita Putri Utami serta materi foto dan video melalui ponsel oleh Redaktur Foto Republika Yogi Ardhi.