REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan pentingnya Indonesia dalam memproduksi vaksin Covid-19 sendiri. Menurut Bambang, Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia tidak bisa bergantung pada vaksin dari luar negeri.
"Sangat riskan kalau Indonesia mengandalkan vaksin 100 persen dari luar negeri. Maka, kami tetap mengandalkan vaksin dari dalam negeri," kata Bambang, saat wawancara dengan Republika.
Ia menambahkan, tentunya terdapat perbedaan antara Vaksin Merah Putih dan vaksin yang diproduksi negara lain. Vaksin Merah Putih bibitnya diteliti di Indonesia dan menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia. Hal inilah yang semakin mendorong pentingnya produksi vaksin dalam negeri.
Selain itu, kata dia, jika berbicara mengenai kesehatan masyarakat ke depannya, perlu ada pendekatan pencegahan. Pendekatan yang hanya menyembuhkan tidak akan membuat Indonesia maju dalam bidang kesehatan.
"Kita harus sudah mulai bergerak, jika kita ingin jadi negara maju, kita harus ke pencegahan. Salah satu instrumen penting dalam preventive medicine adalah vaksin," kata dia.
Walaupun demikian, Indonesia juga harus mengakui perkembangan teknologi di luar lebih cepat. Sehingga, jika dari segi kecepatan, vaksin Indonesia tidak bisa secepat nama-nama vaksin global yang saat ini sudah mulai memasuki uji klinis ketiga.
Terkait hal ini, pemerintah memutuskan untuk menempuh dua jalur pemenuhan kebutuhan vaksin. Pertama adalah bekerja sama dengan luar negeri, sementara cara kedua adalah mengembangkan vaksin sendiri seperti yang dilakukan para pengembang Vaksin Merah Putih.
"Kita menempuh dua jalur ini untuk masyarakat juga. Tetapi, sesuai arahan Presiden, begitu Vaksin Merah Putih siap, kita hentikan semua kerja sama impor vaksin dari luar," kata Bambang.