Senin 16 Nov 2020 15:01 WIB

Tinggal di Sini Seperti Punya Sarana Transportasi Pribadi

Hunian yang terintegrasi sarana transportasi massal menjadi tren gaya hidup modern

Tampak maket LRT City yang dibangun dengan konsep TOD
Foto: istimewa
Tampak maket LRT City yang dibangun dengan konsep TOD

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Keterbatasan lahan di kawasan perkotaan telah menyulitkan masyarakat kelas menengah ke bawah untuk memiliki hunian yang layak. Karena itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah agar tersedia hunian layak bagi masyarakat luas tanpa mengurangi masalah keamanan dan kenyamanan. 

Salah satunya yang dikembangkan adalah hunian yang berbasis konsep Transit Oriented Development (TOD). Konsep hunian ini berupaya memadukan antara kawasan hunian vertikal modern yang berdekatan dengan sarana transportasi massal modern. Sehingga warga yang berada di kawasan tersebut akan bepergian dengan menggunakan sarana transportasi yang telah disediakan. Sarana transportasi tersebut umumnya adalah light rail transit (LRT). 

Sinergi antara sarana transportasi dengan hunian modern telah melahirkan konsep LRT City yang kini dikembangkan di sejumlah kota satelit Jakarta seperti di Bekasi dan Bogor. "Hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi seperti KRL, MRT dan LRT akan berimbas pada waktu tunggu hingga waktu tempuh yang dapat diprediksi dan itulah tren gaya hidup di kota-kota maju dunia yang mulai berkembang di Indonesia,” ujar Direktur Pemasaran PT Adhi Commuter Properti Indra Syahruzza dalam keterangan tertulisnya 

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta tahun 2014 mencatat lebih dari 1,38 juta warga sekitar Jakarta (Bodetabek) melakukan perjalanan ulang-alik ke Jakarta untuk bekerja, sekolah, maupun melakukan keperluan lainnya. Dari angka itu, tingkat penglaju terbanyak yang masuk ke Jakarta berasal dari wilayah Bekasi dengan persentase mencapai 26,02 persen. 

Persentase ini bukan hanya sekadar statistik karena kenyataannya kegiatan ini telah memakan begitu banyak energi bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai Rp 10,7 triliun per tahun. Kemacetan Jakarta juga mengakibatkan kerugian hilangnya waktu produktif hingga mencapai Rp 9,7 triliun per tahun, dan kerugian kesehatan sebesar Rp 5,8 triliun per tahun.

Salah satu proyek LRT City di Bekasi yaitu LRT City Bekasi-Eastern Green bisa menjadi solusi hunian yang sekaligus terintegrasi dengan fasilitas transportasi umum. Berlokasi 0 kilometer dari Stasiun LRT Jatimulya dan exit tol Bekasi Timur, LRT City Bekasi-Eastern Green juga dilengkapi dengan sarana Bus Rapid Transit (BRT) Transjabodetabek yang membuat kawasan hunian ini memiliki sarana transportasi publik yang lengkap. Di atas lahan seluas 1,4 hektar juga terdapat sejumlah sarana umum seperti sekolah, pasar, ruamh sakit dan fasilitas modern lainnya. 

Project Director LRT City Bekasi-Eastern Green Setya Aji Pramana memaparkan, berbagai keunggulan lokasi, fasilitas, maupun integrasi dengan transportasi masal di proyeknya dapat mengusung konsep hunian Your Smart Move.  "Ini menjadi pilihan cerdas untuk sebuah hunian dengan konsep yang ditawarkan dan memudahkan penghuni dari segi aksesibilitasnya. Hunian ini juga dilengkapi dengan konsep smart home, smart access, hingga smart facility yang mencakup seluruh kawasannya,”  tuturnya dalam keterangan tertulis Senin (16/11).

Diperkirakan terdapat sejumlah efektifitas, hingga efisiensi tinggal di hunian seperti di LRT City Bekasi-Eastern Green. Bila menggunakan kendaraan pribadi, biaya yang harus dikeluarkan untuk BBM sekitar Rp 50.000/hari, biaya jalan tol Rp 35.000 dan biaya parkir Rp 50.000. Secara total dibutuhkan biaya harian sekitar Rp 135.000 apabila kita tinggal di Bekasi dan berkantor di wilayah Sudirman ataupun Kuningan.

Ini belum memperhitungkan biaya perawatan mobil, pajak kendaraan, dan biaya lainnya. Sementara bila menggunakan LRT sebagai transportasi harian, biayanya hanya Rp 24.000/hari dan terbebas dari biaya parkir, BBM, tol, dan biaya-biaya lainnya. "Ada penghematan lebih dari Rp 100.000 setiap harinya bila kita menggunakan transportasi umum seperti LRT," katanya. 

Waktu tempuhnya pun juga lebih terukur dan bisa diprediksi. Dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam, dari Stasiun LRT Jatimulya ke Stasiun LRT Jatibening hanya 15 menit atau ke Stasiun LRT Cawang hanya 28 menit dan ke Stasiun LRT Dukuh Atas hanya memakan waktu 50 menit. LRT Jabodebek juga akan terkoneksi dengan moda transportasi umum lainnya, seperti Transjakarta, KRL, hingga angkutan perkotaan lain sehingga memudahkan kita untuk melangkah ke manapun di wilayah Jabodebek. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement