Selasa 17 Nov 2020 03:54 WIB

Tantangan Muslim Prancis Kian Berat

Muslim Prancis semakin terbatas ruang geraknya.

Red: Joko Sadewo
Warga berunjuk rasa di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (6/11/2020). Aksi Solidaritas Bela Rasulullah SAW itu menyerukan pemboikotan terhadap produk-produk asal Prancis dan mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Warga berunjuk rasa di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (6/11/2020). Aksi Solidaritas Bela Rasulullah SAW itu menyerukan pemboikotan terhadap produk-produk asal Prancis dan mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Oleh : Ani Nursalikah*

REPUBLIKA.CO.ID, Tantangan Muslim di Prancis kian kompleks. Jika dahulu tantangannya seputar tetangga yang tidak ramah, diskriminasi karena jilbab, atau sulit menunaikan sholat berjamaah karena tidak ada atau minimnya masjid, kini 'cobaan' umat Muslim di Prancis bertambah.

Berawal dari 1 September lalu, majalah Prancis Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun-kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW. Penerbitan itu dilakukan menjelang persidangan atas serangan 2015 di kantor mereka.

Kemudian, entah apa yang ada di pikiran Presiden Prancis Emmanuel Macron. Awal Oktober lalu, ia tiba-tiba mengumumkan rencana untuk membela nilai-nilai sekuler Prancis. Macron menyebut Islam kini berada  dalam kondisi krisis di seluruh dunia dan memerlukan reformasi.

Ia pun mengatakan akan memerangi 'radikalisme Islam'. Prancis memang negara yang mengagung-agungkan sekulerisme.