REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Modifikasi gaya hidup menjadi salah satu kunci penting dalam pengelolaan penyakit diabetes. Salah satu modifikasi gaya hidup yang mungkin jarang disadari adalah berhenti merokok.
"(Penyandang diabetes) diharapkan berhenti merokok," ungkap Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof Dr dr Ketut Suastika SpPD (KEMD) dalam media gathering virtual bersama Good Doctor, disimak di Jakarta ,Senin (16/11).
Prof Suastika mengatakan, ada tiga tujuan yang perlu dicapai dalam pengelolaan diabetes. Ketiga tujuan tersebut adalah menghilangkan gejala, mencegah komplikasi, dan mengurangi kematian.
Berhenti merokok berkaitan dengan tujuan kedua, yaitu mencegah komplikasi. Seperti diketahui, ada dua risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada penyandang diabetes. Komplikasi tersebut adalah komplikasi mikrovaskular dan komplikasi makrovaskular.
Komplikasi mikrovaskular merupakan komplikasi yang memengaruhi pembuluh darah kecil. Beberapa contohnya adalah retinopati, gagal ginjal, dan kelainan saraf.
Komplikasi makrovaskular adalah komplikasi yang memengaruhi pembuluh darah besar. Salah satu contohnya adalah penyakit kardiovaskular, seperti strok atau penyakit jantung koroner. Penyandang diabetes perlu berhenti dari kebiasaan merokok karena merokok merupakan faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular.
"(Dalam pengelolaan diabetes) semua harus diperbaiki, tidak hanya kadar gula darahnya, tetapi juga menurunkan kadar kolesterol, hipertensi, berhenti merokok," jelas Prof Suastika.
Berhenti merokok juga menjadi sangat penting karena saat ini masih terjadi pandemi Covid-19. Salah satu organ yang paling sering terdampak oleh Covid-19 adalah paru-paru. Di lain sisi, penyandang diabetes yang penyakitnya tak terkendali memiliki risiko kematian 4,6 kali lebih besar bila terkena Covid-19.
"Saatnya berhenti merokok pada pasien diabetes, terutama di masa pandemi Covid-19 ini," kata Prof Suastika.