Rabu 18 Nov 2020 05:55 WIB

Bahaya Konsumsi Antibiotik pada Anak di Bawah Usia 2 Tahun

Konsumsi antibiotik membuat anak berisiko lebih besar terkena sakit kronis.

Rep: Gumanti Awaliyah / Red: Nora Azizah
Konsumsi antibiotik membuat anak berisiko lebih besar terkena sakit kronis (Foto: ilustrasi)
Foto: sheknows.com
Konsumsi antibiotik membuat anak berisiko lebih besar terkena sakit kronis (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak di bawah usia 2 tahun yang mengonsumsi antibiotik memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan berbagai kondisi kronis. Kondisi tersebut termasuk asma yang dimulai pada masa kanak-kanak, alergi pernapasan, eksim, penyakit celiac, obesitas, dan gangguan hiperaktif defisit perhatian.

Hal itu mengacu pada studi yang diterbitkan dalam jurnal Mayo Clinic Proceedings. Para peneliti mengamati 14.572 anak yang lahir di Minnesota Amerika Serikat antara 2003 dan 2011, dan 70 persen di antaranya menerima setidaknya satu resep antibiotik selama dua tahun pertama kelahiran, terutama untuk infeksi saluran pernapasan atau telinga.

Baca Juga

Penemuan ini konsisten dengan hipotesis bahwa komposisi mikrobioma (mikroorganisme menguntungkan yang hidup dalam tubuh) memainkan peran penting dalam perkembangan awal imunitas, metabolisme, dan perilaku.

“Evolusi bakteri yang resistan terhadap obat menunjukkan satu konsekuensi yang tidak diinginkan dari penggunaan antibiotik yang berlebihan,” kata Martin Blaser, Direktur Pusat Bioteknologi dan Kedokteran di Universitas Rutgers.

“Meningkatnya prevalensi kondisi kesehatan yang dimulai pada masa kanak-kanak telah memicu kekhawatiran tentang paparan antibiotik selama periode perkembangan utama karena dampaknya pada mikrobioma," jelas Blaser seperti dikutip dari laman Futurity, Selasa (17/11).

Studi ini menjadi penelitian pertama yang melihat hubungan antibiotik dengan berbagai penyakit. Para peneliti menemukan bahwa antibiotik dikaitkan dengan penyakit metabolik seperti obesitas dan kelebihan berat badan; penyakit imunologi seperti asma, alergi makanan dan demam; serta kondisi atau gangguan kognitif seperti ADHD dan autisme.

Setiap antibiotik memiliki efek yang beragam. Sefalosporin misalnya dikaitkan dengan risiko paling besar untuk berbagai penyakit, autisme serta alergi makanan yang unik.

"Temuan dari pemerintah setempat memberikan bukti untuk efek yang luas dari paparan antibiotik awal kehidupan. Para dokter harus memperhatikan dalam seberapa sering mereka meresepkan antibiotik, terutama untuk kondisi ringan," tegas Blaser.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement