Kamis 19 Nov 2020 08:46 WIB

Jangan Kebanyakan Berkumur Setelah Sikat Gigi

Ada banyak hal keliru tentang menyikat gigi yang berkembang di masyarakat.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Sikat gigi. Menyikat gigi dua kali sehari sangat dianjurkan.
Foto: Republika/Prayogi
Sikat gigi. Menyikat gigi dua kali sehari sangat dianjurkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Video TikTok seorang dokter gigi asal Malaysia, De Gao Jye Teh, soal tips kebersihan gigi menjadi viral karena saran antimainstream-nya. Dalam video yang dikemas secara jenaka, Gao mengeklaim bahwa sebenarnya berkumur saat menyikat gigi itu tidak diperlukan.

Selain itu, Gao menyoroti, kebanyakan orang sebenarnya terlalu banyak menggunakan pasta gigi. Dalam videonya, Gao mengatakan bahwa fluorida dalam pasta gigi membutuhkan waktu untuk bekerja dan berkumur akan menghilangkan fluorida sebelum memberikan manfaat perlindungan gigi.

Baca Juga

Lantas, bagaimana menurut pakar lainnya soal hal tersebut? Menurut pakar kesehatan, Wong Kuan Yee, pencatat di Departemen Bedah Gigi Rumah Sakit Khoo Teck Puat penjelasan di video TikTok De Gao tersebut tidak salah.

De Wong mengatakan, berkumur dengan air dalam jumlah banyak akan mengencerkan konsentrasi fluorida pada permukaan gigi. Alhasil, itu akan mengurangi keefektifannya dalam mencegah kerusakan gigi.

Jika tidak terbiasa dengan meninggalkan busa di mulut, Wong menyarankan untuk membilas dengan volume air lebih sedikit, tetapi cara ini tidak disarankan bagi anak kecil. Wong juga mengamini klaim soal penggunaan pasta gigi yang terlalu banyak.

Wong menjelaskan, tiap anak di bawah tiga tahun hanya butuh pasta gigi berfluoridasi 1.000 ppm alias seukuran butiran beras. Soalnya, anak-anak pada usia ini cenderung mengalami kesulitan untuk berkumur saat sikat gigi.

Pada orang dewasa, fluoride yang ada dalam pasta gigi bekerja di permukaan gigi yang sudah berkembang sempurna untuk mencegah pembusukan. Pembusukan terjadi ketika bakteri yang ada di dalam plak menghasilkan asam yang merusak permukaan gigi, sehingga menyebabkan pembentukan gigi berlubang jika tidak ditangani.

Kandungan fluorida biasanya tertera pada kemasan. Wong menjelaskan bahwa pasta gigi yang dijual secara lokal mengandung 1.000 ppm hingga 1.500ppm (0,10 persen hingga 0,15 persen) fluorida, yang berada dalam batas keamanan 0,15 persen yang ditetapkan oleh Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura.

Fluorida yang ada di dalam tubuh digunakan untuk membuat enamel selama pembentukan gigi. Akan tetapi, bila ada jumlah fluorida yang berlebihan, misalnya dari menelan pasta gigi saat menyikat, hal itu menyebabkan fluorosis gigi.

"Ini akan tampak sebagai perubahan warna buram atau coklat dan/atau lubang pada enamel," katanya.

Dr Bien Lai, kepala dan konsultan di unit pediatrik di National Dental Centre Singapore's (NCDS) Department of Restorative Dentistry berpendapat bahwa pasta gigi di mulut bisa bekerja efektif asalkan menyikat dengan pasta gigi berfluoride 1.000 bagian per juta (ppm) dua kali sehari. Untuk anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa hanya membutuhkan pasta gigi berfluoride sebesar 1.000 ppm.

"Kira-kira ini seukuran kacang polong,” kata Lai.

Membatasi jumlah penggunaan pasta gigi menjadi penting karena dapat memicu terjadinya fluorosis. Kondisi itu ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada enamel gigi karena mengindikasikan konsumsi fluorida dalam jumlah berlebihan saat gigi masih berkembang.

Fluorosis biasanya dimulai pada masa kanak-kanak. Perkembangan mahkota (bagian atas gigi) selesai pada usia sekitar tiga tahun untuk gigi depan permanen atas, dan sekitar sembilan tahun untuk gigi belakang.

Selain menelan pasta gigi, menurut Lai, minum air dengan kadar fluorida yang tinggi juga bisa menjadi faktor risiko. Namun, kasus ini jarang terjadi seiring terjadi perubahan kualitas air di negaranya.

"Kabar baiknya adalah tidak ada risiko fluorosis berkembang atau memburuk di masa dewasa. Perkembangan gigi akan selesai jauh sebelum usia 21 tahun,” kata Lai.

Pendapat tidak jauh berbeda dikemukakan Dr Yang Jingrong, konsultan unit periodontik di Departemen Restoratif Kedokteran Gigi NDCS. Menggunakan pasta gigi dalam jumlah besar tidak menambah manfaat apa pun bagi kesehatan gigi.

Perkembangan mahkota (bagian atas gigi) selesai pada usia sekitar tiga tahun untuk gigi depan permanen atas dan sekitar sembilan tahun untuk gigi belakang. Yang juga tidak menyarankan penggunaan obat kumur, kecuali pada kasus di mana pasien mengalami kesulitan dalam menggosok gigi. Ini dapat berkisar dari operasi mulut hingga gangguan ketangkasan (misalnya, pasien strok atau Parkinson) dan gangguan kognitif.

"Pasien tersebut disarankan untuk menggunakan obat kumur sebagai tambahan untuk menyikat, tetapi bukan sebagai pengganti," kata Yang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement