Kamis 19 Nov 2020 17:43 WIB

Ilmuwan Kaji Ulang Temuan Data Molekul Organik di Venus

Ilmuwan mendeteksi molekul fosfin di Venus dalam kadar yang lebih rendah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Venus yang berwarna orange.
Foto: nasa
Venus yang berwarna orange.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tanda-tanda gas fosfin di atmosfer Venus telah sedikit memudar. Tetapi menurut analisis data terbaru, gas tersebut masih ada.

Pada bulan September, tim astronom internasional menjadi berita utama ketika mereka melaporkan menemukan fosfin. Fosfin menjadi penanda potensial kehidupan di atmosfer planet tersebut meski ilmuwan tidak mengklaim menemukan tanda-tanda kehidupan di sana.

Baca Juga

Beberapa penelitian dan pertanyaan merespons laporan temuan fosfin. Banyak yang skeptis atas temuan itu. Sekarang tim yang sama telah menganalisis ulang sebagian datanya, mengutip kesalahan pemrosesan pada data yang awalnya digunakan.

photo
Ilmuwan berburu tanda kehidupan di Venus. - (republika)

Dilansir di Nature, Rabu (18/11), para peneliti mengkonfirmasi sinyal fosfin, tetapi mengatakan bahwa sinyal itu lebih redup dari sebelumnya.

Pekerjaan ini merupakan langkah maju yang penting dalam menyelesaikan perdebatan mengenai Venus yang paling menarik dalam beberapa dekade.

"Saya telah menunggu sepanjang hidup saya untuk ini," kata Sanjay Limaye, ilmuwan planet di Universitas Wisconsin di Madison.

Analisis ulang, berdasarkan pengamatan teleskop radio di Atacama Large Millimeter / submillimeter Array (ALMA) di Chili, menyimpulkan bahwa tingkat fosfin rata-rata di seluruh Venus adalah sekitar 1 bagian per miliar. Jumlah ini kira-kira sepertujuh dari perkiraan sebelumnya.

Dalam laporannya pada bulan September, tim tersebut menggunakan data dari ALMA dan James Clerk Maxwell Telescope (JCMT) di Hawaii untuk membuat penemuannya.

Jane Greaves, pemimpin tim dan astronom di Universitas Cardiff, Inggris, mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya melakukan pekerjaan ulang karena mereka mengetahui bahwa data ALMA berisi sinyal palsu yang dapat memengaruhi hasil.

ALMA memposting data yang dikoreksi pada 16 November. Tim Greaves menjalankan analisis baru dan mempostingnya sebelum tinjauan sejawat malam itu di server pracetak arxiv.org.

"Kami telah bekerja seperti orang gila,” katanya pada pertemuan Kelompok Analisis Eksplorasi Venus, sebuah forum komunitas untuk NASA.

Menurut Greaves dan koleganya, data ALMA menunjukkan tanda spektral fosfin, molekul yang terbuat dari satu atom fosfor dan tiga atom hidrogen. Mereka mengatakan tidak ada senyawa lain yang dapat menjelaskan data tersebut.

Menemukan fosfin di Venus akan menimbulkan minat besar. Di Bumi, fosfin dikaitkan dengan gas yang dihasilkan oleh mikroba.

Jika sinyalnya nyata dan memang karena fosfin, kemungkinan mikroba yang hidup di dalam dan melayang di antara awan planet dapat menghasilkan gas. Namun, ada juga peluang bahwa fosfin dihasilkan oleh sumber yang tidak hidup yang belum diketahui oleh para ilmuwan.

Untuk menentukan apakah salah satu dari skenario ini benar, peneliti pertama-tama perlu mengkonfirmasi keberadaan fosfin.

Analisis ulang menemukan konsentrasi fosfin di atmosfer Venus terkadang memuncak pada 5 bagian per miliar. Itu berarti tingkat gas dapat bertambah dan berkurang seiring waktu di berbagai tempat di planet ini. Menurut Greaves, itu situasi yang mirip dengan lonjakan metana yang muncul di Mars.

Ilmuwan menemukan bukti baru yang mendukung temuan fosfin di Venus. Tim yang dipimpin oleh Rakesh Mogul, ahli biokimia di California State Polytechnic University di Pomona, California, baru-baru ini menggali data berusia puluhan tahun dari misi NASA Pioneer-Venus 1978.

Pesawat ruang angkasa ini menjatuhkan probe melalui atmosfer planet yang mengukur kimia awan saat jatuh. Probe ini mendeteksi senyawa fosfor yang bisa berupa fosfin atau molekul berbasis fosfor lainnya.

"Tapi kami yakin gas paling sederhana yang cocok dengan data itu adalah fosfin," kata Mogul pada pertemuan 17 November lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement