Senin 23 Nov 2020 14:24 WIB

Potensi Teh Herbal dalam Mencegah Covid-19

Banyak orang telah memanfaatkan produk herbal sebagai usaha untuk melindungi diri

Rep: Puti Almas/ Red: Gita Amanda
virus corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti di Jerman menunjukkan potensi efek antivirus dan teh herbal untuk membantu dalam mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19).

Tim dari University of Duisburg-Essen menemukan bahwa infus air sage dan perilla menimbulkan aktivitas anti-virus yang kuat dalam melawan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 di berbagai lini sel manusia. Setelah hanya 30 menit mengobati sel dalam rejimen terapeutik dan profilaksis, aktivitas antivirus yang signifikan diamati.

“Akan sangat menarik mengidentifikasi senyawa yang bertanggung jawab atas aktivitas antivirus dari caiar perilla dan infus sage,” ujar tim peneliti, dilansir News-Medical, Senin (23/11).

Tim peneliti lebih lanjut mengatakan mengingat urgensinya, zat-zat yang tidak mahal dan tersedia secara luas dapat membantu selama pandemi Covid-19. Secara khusus, disebutkan di daerah atau wilayah berpenghasilan rendah.

Infus tanaman berair telah digunakan selama ribuan tahun dalam pengobatan tradisional di berbagai budaya yang berbeda untuk mencegah atau mengobati infeksi saluran pernapasan. Anggota tanaman dari keluarga Lamiaceae seperti sage (Salvia officinalis) dan perilla (Perilla frutescens) adalah tumbuhan yang sangat populer digunakan dalam pembuatan teh.

Selama pandemi Covid-19 saat ini, banyak orang telah memanfaatkan produk herbal sebagai usaha untuk melindungi diri dari potensi terkena wabah. Para peneliti menguji efek infus air sage dan perilla pada sel Vero E6 yang terinfeksi SARS-CoV-2 selama satu jam.

Sebagai kontrol, peneliti memasukkan ketumbar dalam percobaan karena tanaman ini bukan angota famili Lamiaceae dan tidak banyak digunakan sebagai bahan obat. Infus dibuat dengan cara merebus daun tanaman di suhu 60 derajat selama dua jam.

Tim mengatakan pengobatan jangka pendek dengan ramuan mana pun sudah cukup untuk menghambat replikasi SARS-CoV-2 secara signifikan. Sel yang terinfeksi juga diberikan dua dosis virus yang berbeda dan memvisualisasikannya menggunakan mikroskop imunofluoresensi.

Jumlah sel yang terinfeksi jelas berkurang setelah pengobatan, bahkan ketika dosis virus yang tinggi. Tim menyimpulkan bahwa aktivitas antivirus diinduksi oleh senyawa tahan panas yang larut dalam air.

Teh celup standar juga mungkin mengandung senyawa antivirus dalam jumlah yang cukup. Para peneliti mengatakan jumlah bahan herbal yang digunakan untuk menyiapkan infus menunjukkan bahwa pengenceran dari infus sudah sesuai dengan konsentrasi teh herbal yang dibuat dari kantong teh standar.

"Ini menunjukkan bahwa teh herbal yang dibuat dari kantong teh yang tersedia secara komersial atau daun herba kering mungkin mengandung konsentrasi senyawa antivirus yang cukup," jelas tim peneliti.

Selanjutnya, para peneliti membandingkan efek infus yang dibuat dari daun segar dan kering. Daun sage kering mempertahankan sebagian besar aktivitas anti-virus. Di sisi lain, daun perilla kering kurang efektif, meskipun penghambatan replikasi virus yang signifikan masih diamati untuk pengenceran.

“Dengan menghilangkan infus herbal sebelum infeksi, kami bertujuan untuk menilai efek anti-virus berdasarkan respon seluler dan bukan pada penghapusan virus secara langsung dari virus yang menular,” kata tim peneliti Leih lanjut.

Hasil enam percobaan berbeda dengan menggunakan dua isolat SARS-CoV-2 yang berbeda menunjukkan bahwa infus secara signifikan mengurangi infusitas, terutama infus perilla. Teh perilla dan sage mungkin tidak hanya cocok untuk pengobatan infeksi SARS-CoV-2 tetapi juga untuk pencegahan infeksi.

Tim tersebut mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa tanaman Lamiaceae perilla dan sage mengandung komponen tahan panas yang larut dalam air. Ini juga menginduksi aktivitas anti-virus profilaksis dan terapeutik yang kuat terhadap SARS-CoV-2 di jalur sel yang berbeda.

Para peneliti menegaskan bahwa konsumsi teh herbal tidak bisa dan tidak boleh menggantikan NPI atau obat yang disetujui secara klinis. Namun, mengingat ketersediaannya yang murah dan universal, produk ini mungkin berkontribusi untuk mencegah atau meringankan sebagian penderitaan orang-orang selama pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement