Senin 23 Nov 2020 14:27 WIB

Penuhi Tujuan Finansial, Milenial Lebih Suka Menabung

Mayoritas responden menabung sebesar 5-10 persen setelah pandemi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Menabung (ilustrasi). Hasil riset Pluang by PT PG Berjangka mendapati, milenial masih lebih suka menambung dibandingkan berinvestasi dalam memenuhi tujuan finansialnya.
Foto: www.freepik.com
Menabung (ilustrasi). Hasil riset Pluang by PT PG Berjangka mendapati, milenial masih lebih suka menambung dibandingkan berinvestasi dalam memenuhi tujuan finansialnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform jual beli emas dan investasi, Pluang by PT PG Berjangka, melakukan riset terhadap perilaku investasi milenial di masa pandemi. Hasil riset ini mendapati, milenial masih lebih suka menabung dibandingkan berinvestasi dalam memenuhi tujuan finansialnya.

VP Business Development Pluang, Humprey mengatakan, alokasi untuk menabung mengalami sedikit peningkatan, sementara alokasi untuk berinvestasi menurun. Mayoritas responden menabung sebesar 5-10 persen setelah pandemi. Menabung, terutama untuk tujuan tabungan keluarga, dana emergensi, dan dana pensiun, merupakan tiga teratas target finansial responden survei.

Baca Juga

Kebutuhan dana likuid untuk digunakan dalam waktu singkat terlihat lebih signifikan dibandingkan kebutuhan untuk memiliki dana dalam jangka waktu lebih panjang. Dalam mencapai target finansialnya, mayoritas responden masih memilih untuk menabung uang tunai dibandingkan berinvestasi.

"Sekitar 41 persen milenial lebih suka menabung," kata Humprey, baru-baru ini.

Mayoritas responden mengalokasikan hingga 40 persen dari pendapatan bulanan mereka untuk menabung dan berinvestasi. Mayoritas responden memilih risiko berinvestasi sebagai faktor yang patut dipertimbangkan sebelum memilih instrumen investasi.

Mayoritas responden, sekitar 80 persen dari total, memilih emas sebagai instrumen investasi yang direkomendasikan. Sebanyak 46 persen merekomendasikan reksa dana, 41 persen saham, 26 persen properti, 24 persen deposito, 13 persen obligasi, 13 persen P2P lending, dan 12 persen forex trading.

Riset ini melibatkan lebih dari 5.500 responden di kota-kota besar Indonesia dan dilakukan melalui survei online pada Juli-Agustus 2020.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement