Senin 23 Nov 2020 16:01 WIB

Diet Vegan Picu Kekhawatiran Defisiensi Yodium

Orang-orang yang menerapkan diet vegan tidak begitu banyak mengonsumsi yodium.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pelaku diet vegan cukup awas dengan risiko defisiensi vitamin B12, namun kurang sadar akan risiko kekurangan yodium.
Foto: flickr
Pelaku diet vegan cukup awas dengan risiko defisiensi vitamin B12, namun kurang sadar akan risiko kekurangan yodium.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah ada banyak orang yang menyadari adanya risiko defisiensi vitamin B12 dalam diet vegan. Akan tetapi, tak banyak yang menyadari bahwa diet vegan juga berkaitan dengan risiko defisiensi yodium.

Diet vegan pada dasarnya dinilai memiliki beragam keunggulan bagi kesehatan. Beberapa di antaranya adalah dapat menurunkan risiko penyakit jantung, kanker, dan diabetes tipe 2.

Baca Juga

Hanya saja, orang-orang yang menerapkan diet vegan tidak mengonsumsi berbagai produk yang berasal dari hewan. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa diet vegan dapat memicu diefisiensi zat-zat gizi yang biasa ditemukan pada pangan hewani.

Salah satu dari zat gizi tersebut adalah vitamin B12 atau cobalamin. Satu-satunya sumber alami untuk vitamin B12 adalah pangan hewani, mulai dari daging, ikan, hingga produk susu dan telur.

Kecukupan kadar vitamin B12 di dalam tubuh penting bagi metabolisme sel. Vitamin B12 juga berperan dalam mendukung sistem saraf.

Kurangnya asupan vitamin B12 dapat meningkatkan risiko anemia. Selain itu, defisiensi vitamin B12 juga dapat membuat otak tak bisa berfungsi secara baik yang kemudian berujung pada munculnya gangguan kognitif. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa defisiensi vitamin B12 berkaitan dengan depresi, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan demensia.

Studi yang dilakukan tim peneliti dari German Federal Institute for Risk Assessment menunjukkan bahwa pelaku diet vegan cukup awas dengan risiko defisiensi vitamin B12. Oleh karena itu, orang-orang yang menerapkan diet vegan kerap mengonsumsi suplemen vitamin B12.

"Vitamin B12 sejauh ini merupakan suplemen yang paling sering dikonsumsi," jelas tim peneliti mengacu pada studi yang dimuat dalam jurnal Deutsches Ärzteblatt ini, seperti dilansir Medical News Today.

Akan tetapi, studi ini menemukan bahwa orang-orang yang menerapkan diet vegan tidak begitu banyak mengonsumsi yodium. Berdasarkan pemeriksaan sampel urinE, orang-orang yang menerapkan diet vegan memiliki kadar yodium dan kalsium yang lebih rendah dibandingkan orang-orang yang mengonsumsi pangan hewani dan nabati.

Hanya sekitar delapan persen dari total partisipan dengan diet vegan yang memiliki kadar yodium mencukupi. Padahal, yodium juga merupakan salah satu zat gizi penting bagi tubuh. Yodium berperan penting dalam pembuatan hormon tiroid.

Yodium secara alami bisa ditemukan pada pangan hewani dan nabati. Pada pangan hewani, yodium bisa ditemukan pada ikan, telur, dan produk-produk turunan susu. Sedangkan pada pangan nabati, yodium bisa ditemukan pada rumput laut.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti berharap orang-orang yang menerapkan diet vegan tak hanya memprioritaskan suplementasi vitamin B12 saja. Mereka juga perlu mulai memprioritaskan asupan yodium.

Seperti diketahui, kadar yodium yang rendah dapat mendorong tiroid untuk menyerap yodium dari darah. Kondisi ini dapat memicu terjadinya hipotiroidisme. Defisiensi yodium pada ibu hamil dan anak kecil juga dapat mengganggu perkembangan kognitif serta meningkatkan risiko disabilitas intelektual.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement