Kamis 26 Nov 2020 01:00 WIB

Penggunaan Masker Buat Gangguan Pendengaran Lebih Kentara

Orang dengan gangguan pendengaran selama ini terbantu oleh visual gerak bibir.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
 Para siswa memakai masker wajah saat belajar dengan menerapkan protokol kesehatan untuk menahan penyebaran wabah virus corona, di Pondok Pesantren Daarul Rahman di Jakarta, Rabu, 18 November 2020. Pemakaian masker membuat orang semakin menyadari gangguan pendengaran yang telah diidapnya selama ini.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Para siswa memakai masker wajah saat belajar dengan menerapkan protokol kesehatan untuk menahan penyebaran wabah virus corona, di Pondok Pesantren Daarul Rahman di Jakarta, Rabu, 18 November 2020. Pemakaian masker membuat orang semakin menyadari gangguan pendengaran yang telah diidapnya selama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semenjak bekerja dengan menggunakan masker dan face shield, perawat Teri Wheat mulai merasakan ada perubahan. Wheat menyadari bahwa dia kesulitan untuk memahami omongan lawan bicara yang juga menggunakan masker.

Perubahan ini mendorong Wheat untuk menjalani tes pendengaran. Hasil tes menunjukkan bahwa sang perawat memang mengalami masalah pendengaran dan memerlukan alat bantu dengar.

Baca Juga

"(Gangguan pendengaran) menjadi lebih kentara ketika ada semakin banyak pembatas yang harus kita gunakan (masker)," jelas Wheat, seperti dilansir AP.

Situasi yang dialami oleh Wheat juga terjadi pada cukup banyak orang di masa pandemi. Penggunaan masker membuat orang-orang dengan gangguan pendengaran lebih menyadari kondisi tersebut.

"Orang-orang ini telah memiliki masalah pendengaran sebelum situasi (pandemi) ini terjadi, akan tetapi mereka beradaptasi dengan itu," jelas direktur klinik pendengaran Callier Center for Communication Disorders di University of Texas Andrea Gohmert.

Ahli audiologi mengatakan, ada dua hal yang mungkin membuat orang-orang dengan gangguan pendengaran lebih menyadari masalah mereka di masa pandemi Covid-19. Yang pertama, penggunaan masker dan face shield turut menurunkan volume suara. Yang kedua, di masa pandemi orang-orang dituntut untuk berkomunikasi sambil menjaga jarak.

Sering kali, gangguan pendengaran terjadi secara bertahap. Hal ini membuat orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran tidak langsung menyadari adanya masalah tersebut. Rata-rata dibutuhkan waktu sekitar tujuh tahun sampai orang dengan gangguan pendengaran menjalani tes pendengaran.

Ini pula yang tampaknya terjadi pada Wheat. Sebelum pandemi, Wheat mengatakan, dia sering meminta anak-anaknya untuk mengulang apa yang mereka katakan.

Selain itu, Wheat juga memerlukan volume suara yang lebih besar ketika mendengar suatu siaran pada komputer atau televisi. Akan tetapi, Wheat tak menyadari bahwa kedua hal tersebut berkaitan dengan gangguan pendengaran.

Profesor Nancy Tye-Murray dari Washington University mengatakan, salah satu penyebab yang membuat orang-orang tak sadar akan gangguan pendengaran mereka sebelum pandemi adalah bantuan visual. Membaca gerak bibir dinilai sangat membantu orang-orang dengan penurunan pendengaran untuk memahami perkataan lawan bicara.

"Banyak orang dengan gangguan pendengaran tidak sadar mereka sangat bergantung pada (visual) itu, bahkan orang-orang dengan pendengaran normal juga bergantung pada (visual) itu, misalnya ketika berada di restoran yang bising," kata Tye-Murray.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement