Kamis 26 Nov 2020 04:20 WIB

Epidemiolog: Sekolah Perlu Kerja Sama dengan Puskesmas

Epidemiolog sebut sekolah tatap muka baiknya di daerah sulit internet, bukan di kota.

Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatra Selatan, Senin (13/7/2020). Epidemiolog menilai, sekolah tatap muka lebih diprioritaskan untuk wilayah yang memang sulit menjangkau akses daring, seperti daerah pinggiran dan blank spot internet. Sedangkan, wilayah kota besar lebih baik tetap bertahan dengan belajar daring.
Foto: ANTARA/FENY SELLY
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatra Selatan, Senin (13/7/2020). Epidemiolog menilai, sekolah tatap muka lebih diprioritaskan untuk wilayah yang memang sulit menjangkau akses daring, seperti daerah pinggiran dan blank spot internet. Sedangkan, wilayah kota besar lebih baik tetap bertahan dengan belajar daring.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Epidemiolog Universitas Sriwijaya Dr Iche Andriany Liberty menilai sekolah-sekolah yang akan membuka belajar tatap muka mulai Januari 2021 perlu bekerja sama dengan puskesmas. Langkah itu penting dalam menjaga penerapan protokol kesehatan dan penanganan jika terjadi kasus Covid-19.

"Sekolah berkoordinasi dengan gugus tugas setempat dan penyedia fasilitas kesehatan terutama puskesmas, paling tidak puskesmas dapat memberi pembinaan agar sekolah disiplin menerapkan protokol kesehatan," kata Iche di Palembang, Rabu.

Baca Juga

Sekolah dan puskesmas dapat bekerja sama terkait pelaksanaan tes cepat rutin dan pengecekan berkala kepada guru maupun siswa. Menurut dia, penyebaran Covid-19 di Sumsel belum terkendali dengan meratanya zona oranye.

Iche mengkhawatirkan, mobilisasi siswa saat belajar tatap muka masih berpotensi meningkatkan kasus, terutama jenjang PAUD dan sekolah dasar yang dinilainya belum mampu menerapkan protokol kesehatan dengan baik meski sudah diatur sekolah. Terlebih, persiapan prokes hanya terpaut satu bulan dari pengumuman yang disampaikan Kemendikbud RI.

"Namun, untuk siswa SMA maupun SMK rasanya sudah mengerti prokes, jadi persiapan membuka sekolah satu bulan sudah cukup," ujarnya.

Selain itu Iche mengimbau belajar tatap muka lebih diprioritaskan untuk wilayah yang memang sulit menjangkau akses daring, seperti daerah pinggiran dan blank spot internet. Sedangkan, wilayah kota besar lebih baik tetap bertahan dengan belajar daring.

"Di sekolah mungkin protokol kesehatannya bisa dipantau, tetapi setelah siswa keluar sekolah tidak ada yang bisa menjamin, terutama daerah yang mobilitasnya tinggi seperti di kota-kota," kata Iche.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel Riza Pahlevi mengatakan sekolah yang akan belajar tatap muka mulai Januari 2021 harus memperoleh persetujuan dari orang tua siswa dan Gugus Tugas Covid-19 setempat.

"Ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sekolah, terutama protokol kesehatan pencegahan Covid-19," kata Riza.

Selain itu, disiplin protokol kesehatan tidak dibebankan kepada sekolah sepenuhnya. Menurut Riza, orang tua juga bertanggung jawab dalam memastikan siswa mematuhi protokol kesehatan agar pencegahan Covid-19 lebih maksimal.

Kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumsel per 25 November telah mencapai 9.219 kasus sejak 23 Maret. Posisinya berada di peringkat 14 besar nasional dengan tingkat kesembuhan mencapai 82 persen.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement