REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM) melakukan programnya di Desa Sumberingin, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tim ini terdiri atas Prof Purnomo, Syamsul Hadi, Maftuchin Romlie, dan Johan Wayan Dika.
Purnomo yang merupakan Guru Besar Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UM, mengatakan Sanankulon termasuk daerah dengan potensi energi terbarukan tertinggi kedua. Sayangnya, peternak sapi di daerah tersebut belum memanfaatkan kotoran sapi secara optimal. "Pemanfaatan kotoran ternak masih terbatas pada pembuatan pupuk organik saja," katanya.
Pada kunjungan awal, tim pengabdian UM menerima banyak keluhan dari masyarakat setempat. Beberapa di antaranya harga jual pupuk organik yang tidak seimbang dengan nilai pakan ternak. Situasi ini membuat peternak harus mengeluarkan uang tambahan untuk membeli pakan ternak.
Selain itu, sebagian warga juga menyampaikan keluhan dalam menghadapi problematika pada awal tahun. Masalah-masalah tersebut antara lain naiknya iuran BPJS kesehatan dan cukai rokok. Lalu kenaikan tarif dasar listrik yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat sehingga mereka harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhannya.
Melihat masalah tersebut, tim pengabdian UM pun merancang bangun reaktor biogas terintegrasi. Reaktor ini dijadikan sebagai penghasil gas dan listrik untuk peternak di Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar. "Diharapkan mampu dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan warga sekitar sekaligus mengoptimalkan potensi biogas," ucap Purnomo.
Untuk diketahui, setiap satu ekor sapi biasanya mampu menghasilkan kotoran 25 sampai 30 kilogram (kg) per hari. Untuk mendapatkan biogas yang dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan kompor gas dan generator, ini diperlukan beberapa tahapan.
Tahapan tersebut antara lain proses pencampuran kotoran ternak dengan air yang dimasukkan melalui saluran masuk. Setelah reaktor terisi sesuai dengan kapasitas yang dibangun, maka dilakukan proses fermentasi.
Setidaknya dibutuhkan waktu hampir 20 hari untuk mendapatkan biogas yang siap pakai. Pada masa fermentasi, reaktor harus berada dalam kondisi kedap udara. Hal ini bertujuan agar proses fermentasi dapat terjadi secara optimal.
"Dan dengan spesifikasi reaktor biogas tipe kubah berdiameter 90 cm serta tinggi 220 cm, mampu menghasilkan kurang lebih 0,25 kg elpiji atau 3,6 kwh energi listrik," kata dia, menambahkan.