REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFORT -- Kopi menjadi salah satu minuman terpopuler dan banyak digemari, bahkan oleh para awak pesawat angkatan darat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Aerospace Medicine and Human Performance menunjukkan bahwa personel penerbangan di Angkatan Darat Amerika Serikat secara teratur mengonsumsi kafein untuk memenuhi tuntutan pekerjaan.
Penulis studi, Asma S Bukhari dan timnya, menyelidiki penggunaan produk kafein di antara awak penerbangan Angkatan Darat AS, di mana pekerjaannya kerap membuat kurang tidur dan membutuhkan mental yang tinggi. Bukhari dan tim menyurvei 188 anggota awak penerbangan dari Brigade Penerbangan Tempur di Fort Campbell, Kentucky. Untuk mendapatkan jawaban yang lebih rinci, peneliti juga meneliti sampel dalam kelompok kecil dengan 47 awak, sebagian besar hampir 94 persen peserta bertugas di unit tempur.
Hasil survei mengungkapkan bahwa awak pesawat mengalami kekurangan tidur. Rata-rata, subjek melaporkan mendapatkan waktu tidur selama 6,15 jam per malam saat tugas, dari kebutuhan ideal 7,22 jam per malam.
Para penulis mencatat bahwa rata-rata 6,15 jam tidur jauh lebih sedikit dibandingkan delapan jam yang direkomendasikan untuk kinerja kognitif optimal. Ketika peserta ditanya berapa kali mereka merasa sangat lelah hingga tertidur saat terbang, jawaban rata-rata adalah 1,95 kali.
Sebanyak 65 persen awak pesawat mengakui, mereka menggunakan beberapa jenis produk kafein setiap hari. Sekitar 55 persen dari peserta mengonsumsi minuman energi atau suntikan energi setidaknya setiap pekan.
Penggunaan minuman berenergi memang masih belum mendapat persetujuan pasti dari Angkatan Darat, meski peneliti menilai itu boleh-boleh saja asal tidak disalahgunakan. "Subjek secara umum merasa bahwa manfaat minuman berenergi komersial memiliki manfaat yang besar melebihi dari risikonya," demikian catat peneliti seperti dilansir di laman Psypost pada Ahad (29/11).
Namun di sisi lain, para awak mengungkap ihwal kurangnya pengetahuan tentang kebiasaan diet yang positif. Mereka juga khawatir tentang kemungkinan kecanduan minuman energi.
"Anggota awak pesawat prihatin tentang kelelahan dan 'tabrakan' jika mengonsumsi minuman energi dan kafein. Mereka merasa jika personel mengonsumsi minuman energi 12 jam sebelum penerbangan, mereka masih mungkin mengalami gangguan atau kekurangan tidur sebelum misi," jelas Bukhari.
Dia dan tim mengatakan 60 persen dari kelompok tidak meminta persetujuan dari ahli bedah penerbangan sebelum mengonsumsi minuman energi. Para peneliti pun menyimpulkan bahwa personel penerbangan akan mendapat manfaat dari pendidikan tentang kebijakan Angkatan Darat mengenai penggunaan suplemen serta informasi mengenai pilihan makanan yang positif.