REPUBLIKA.CO.ID, MIAMI -- Baru-baru ini sebuah studi dari Bascom Palmer Eye Institute di Fakultas Kedokteran Universitas Miami Miller melaporkan, lampu UV yang digunakan untuk membersihkan virus Covid-19 sangat berbahaya bagi mata. Bahkan, bisa menyebabkan kerusakan pada mata secara serius.
Hal itu ditemukan setelah beberapa pasien yang menggunakan lampu UV dan sebenarnya untuk rumah, mengalami peradangan kornea serius atau biasa disebut fotokeratitis. “Selama puncak pandemi, kami memperhatikan peningkatan jumlah pasien yang datang dengan iritasi, nyeri dan kepekaan terhadap cahaya,” kata penulis pertama dan penduduk Bascom Palmer Jesse Sengillo mengutip Study Finds, Ahad (29/11).
Dia menyadari hal tersebut setelah ada paparan langsung ke lampu antikuman yang memancarkan sinar UV itu dengan rentang C untuk membunuh virus. Dengan menggunakan metode tersebut, kata dia, pasien sangat berpotensi mengalami kesakitan yang luar biasa. Namun dirinya tak menampik, dengan menggunakan pelumasan topikal yang cepat dan antibiotik untuk mencegah infeksi, pasien memang sering mendapat hasil dengan sangat baik.
Biasanya, fotokeratitis terkait UV berkembang saat kornea pasien terlalu banyak terkena sinar UV. Tak hanya masalah kesehatan, sinar UV juga dilaporkan bisa menjadi masalah di lingkungan.
Meskipun ada beberapa produk lampu UV yang secara teknis aman digunakan di rumah, para peneliti menekankan konsumen perlu mengikuti instruksi dengan hati-hati. “Para pasien yang kami temui tidak mengetahui rekomendasi ini, dan banyak yang tanpa sadar terpapar di tempat kerja,” kata rekan penulis dan rekan residen Anne Kunkler.
Menurutnya, bagi produk furnitur yang memang memancarkan UV-C, pilihan terbaik adalah meninggalkan ruangan itu saat perangkatnya menyala. Hal itu dikarenakan ada banyak keluhan dari pasien yang merasa tidak nyaman dan langsung membutuhkan perhatian medis di beberapa interval waktu.
"Jika Anda memilih menggunakan lampu ini, pastikan mengikuti rekomendasi pabrikan dengan cermat untuk menghindari cedera yang tidak perlu,” kata Sengillo menyimpulkan.
Studi yang telah terbit itu, dipublikasikan di Ocular Immunology and Inflammation.